PERADABAN
INI BUTUH PARA PEMERAN UTAMA
Ketika
peradaban telah menjadi visi dalam kehidupan, maka itu berarti hidup kita harus
dinfaqkan sepenuhnya untuk pencapaian visi itu, mau tidak mau. Bila peradaban
memang betul cita dan mimpi kita, maka berarti kita rela semangat perwujudannya
mengalir bersama derasnya darah dalam tubuh kita, kita akan rela menunda
kesenangan deminya, untuk peradaban yang membaharu. Bila puncak peradaban
memang benar menjadi tujuan dari pendakian ini, maka apapun akan kita lakukan
untuk menggapainya. Namun, problematika yang kita hadapi bukan disitu melainkan
banyaknya para pendaki junior yang kian hari kian berguguran. Tebing yang curam
kadang membuat langkah ini berjeda, bekal yang kurang kadang membuat langkah
tak lagi bertenaga, ya begitulah yang sedang kita alami sekarang, khususnya
para pendaki junior, siapa lagi kalau bukan para pemuda.
Ketika
pemuda mulai merasa lelah, entah kenapa. Mungkin bahasa lainnya ‘galau’ atau
tidak lagi bersemangat. Ketika mereka sudah mulai merasa tak siap melanjutkan
pendakian, kita cenderung menyalahkan. Mereka memang salah, namun menyalahkan
tidak perlu merendahkan, apalagi membuat mereka semakin tak bertenaga
melanjutkan pendakian. Bila begitu, maka tamatlah sejarah peradaban mengikuti alur
main tamatnya masa kehidupan. Ya, ini yang perlu kita bicarakan, bukan karena
apa-apa melainkan karena peradaban adalah visi yang harus kita perjuangkan
bersama, di sini, di pendakaian puncak peradaban.
Maka
skenario peradaban ini membutuhkan pemeran utama sebagai daya tarik bagi
semesta, agar perjuangan ini semakin berkualitas tanpa batas. Pemeran utama
mutlak adanya. Pemeran utama adalah mereka yang siap menjadi icon sekaligus
korban dari peradaban dan perubahan kini dan nanti. Karena saya tidak pernah
melihat kemajuan tanpa pengorbanan, maka pemeran utama siap berkorban dengan
menjadi korban peradaban. Bila tidak, maka perdaban yang memabaru hanya angan
dan buah bibir retorika.
Pemeran
utama menyadari betul apa yang akan dihadapi pada masa yang akan datang,
karenanya ia mulai menyiapkan sejak sekarang. Ia tahu bahwa pendakian puncak
peradaban ini melelahkan, karenanya ia melakukannya hanya karena Yang Maha
Menguatkan, ia sangat menyadari bahwa jalan yang ditempuh ini sungguh prnuh
rintangan, karenanya ia beralindung hanya kepada Pemilik Alam, Empunya segala
ujian. Ia yakin bahwa akan banyak yang membenci, akrenanya ia melangkah hanya
karena Yang Maha Mencintai, ia tahu bahwa Allah tidak tidur, karenanya ia tak
mengeluh karena kahwatir imannya makin rapuh.
Maka inti
dari segala inti adalah kesadaran penuh atas tujuan mengapa kita diciptakan dan
dihidupkan. Itu saja. Fahamlah!
Multazam, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Pria Kelahiran 31 Desember 1995. Ia meupakan pendiri Madani Training Centre Jakarta dan Komunitas PENA Depok. Bagi siapapun yang ingin memberikan saran, kritik, dan atau ingin berdiskusi silahkan hubungi saja ke alamat penulis, Lengkok Orong Bukal, Desa Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur-NTB. Nomor Hp. 081918253603. Email : azamibnuzakariyya@gmail.com/. Dan anda bisa berdiskusi di blognya : www.madanitraining.web.id / www.pena-mimpi.blogspot.com atau facebook Multazam Zakaria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^