Pages

Bedah Buku “The Crisis” Dalam Pekan Ilmiah IsEF (PIIs)

Rabu, 15 Mei 2013

KSEI Islamic Economics Forum (IsEF) STEI SEBI Depok menyelenggarakan Bedah Buku “The Crisis; Krisis Manalagi Yang Engkau Dustakan” karya M. Luthfi Hamidi, MA. Rabu (24/4/2013). Acara ini dihadiri oleh lebih dari 100 mahasiswa dan jajaran dosen STEI SEBI yang terselenggara atas kerjasama KSEI IsEF dengan Perpustakaan STEI SEBI dan bertujuan untuk menumbuhkan budaya keilmuan serta semangat syiar ekonomi syariah. Hadir sebagai pembicara pada Bedah Buku tersebut adalah Penulis Buku “The Crisis” M. Luthfi Hamidi, MA. dan Adril Hakim, ST, MM. serta di moderatori oleh Ahmad Baehaqi selaku Presidium Nasional FoSSEI.

Dalam cover buku “The Crisis” terdapat kata “Quranomics” yang dicantumkan penulis, berasal dari kata Qur’an dan Economics, yang berarti ekonomi yang mengacu kepada Al-Quran dan Sunnah. Quranomics inilah yang menjadi solusi permasalahan krisis ekonomi. Penulis menyatakan bahwa krisis identik dengan ketidakstabilan. Al-Quran menyamakan mereka yang sedang dalam kondisi tidak stabil laksana mereka yang gila. Hal itu dikarenakan seorang manusia bagai kerasukan, seperti yang tertera dalam Q.S. Al Baqoroh ayat 275 yang menyatakan bahwa “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila”.

Kalau Boleh Jujur



Foto: Pemakaman Tuan Guru Haji 'Ismatillah (Allah Yarhamhu) Dasan Tapen- Lombok

Bojongsari- Malam Jum’at, 20 December 2012  ~ 21:39 WIB

Saudaraku…
Saya yakin, ada banyak  impian dan obsesi yang ingin kita raih dalam hidup ini. “Bermimpilah setinggi-tingginya”, begitu sering kali kita diajarkan di rumah, kelas sekolah, apalagi di kelas-kelas training dan motivasi. Pun saya juga begitu, bahkan saya masih ingat dulu semasa SMK nama akun fb saya “Multazam Sang Pemimpi”. Dan saya pun mengakui betapa penting memiliki impian dalam hidup ini.

Cinta Kita



“Yang disebut cinta adalah rasa yang didapat dari pengembaraan menuju-Nya. Selain daripada itu, bisa dipastikan hanyalah jelmaan syahwah nafsiyyah dan ego semata.” (Multazam Zakaria- MOZAIK Indonesia)
#####

Seiring masa terus mencabik usia kita tanpa henti, tanpa henti, sedikitpun, kita nampaknya makin terlihat dewasa dan mulai merambah ke dalam dunia rasa. Kita tampil nampak lebih elegan dan lebih faham akan rasa-rasa yang barangkali sering menghiasi detik detik nafas kita. Meski saya yakin di balik tampilan elegan dan kefahaman itu ada banyak hal yang sebetulnya kita tidak mengerti, hakikatnya. Saya bisa katakan hal semacam ini sebagai sebuah bentuk ‘ketertipuan’. Tertipu? Maksudnya? Yah, bicara rasa maka taka ada rasa yang paling diindah untuk dikecap selain rasa cinta. Siapa yang tidak tahu dengan rasa ini? Rasa ini adalah rahasia dari pengorbanan-pengorbanan besar, rasa ini adalah rahasia dari semangat kontirbusi yang tak mengenal kata jeda, rasa ini yang menajdi rahasia dibalik kuatnya pundak memikul amanah dan kaki terus melangkah. Inilah rahasianya, rasa ini. Bila memang rasa ini adalah rahasia dari hal-hal besar itu, pernahkah kita sedikit menggelitik diri untuk bermaksud lebih memahami indikasi atau sekedar hakikat dan sumbernya.? Ya, kita sering mangalami ketertipuan dengan rasa ini. Barangkali karena kita terlalu menikmatinya sehingga remehkan sumber dan dampaknya. Bila itu terjadi, maka tertipulah dan bersiaplah kecap derita luka yang mungkin entah kapan berhenti menganga.