Pages

BAGAIMANA MERAIH CINTA SEJATI?

Sabtu, 10 Mei 2014



Kepada Guru yang Mulia Syeikh Dr. Dhiyauddin Hafizahullah, aku meminta arahan:

"Wahai Guru, bimbinglah aku untuk dapati dan rasakan cinta sejati itu. Aku takut kehilangan arah, arahkanlah kami sebagaimana DIA telah mengarahkanmu".

Guru yang mulai menanggapi kehausan:

"Semoga ALLAH selali memberkahimu,

Sebagaimana telah saya jelaskan bahwa CINTA SEJATI adlah buah ma'tifat.

Ma'rifat bisa dicapai hanya jika hati memperoleh NUR MUHMADIYAH

Warna apa pun itu

Jumat, 09 Mei 2014



Orange, ungu, hijau, kuning, pink, merah, abu-abu, hitam, putih dan warna apa pun pada akhirnya hanya akan mewakili pelbagai rasa yang hadir di antara kita. Tidak ada yang keliru dengan warna-warna itu, hanya saja kita yang sering kali menyalahkan kegelapan. Ada apa dengan hitam? Mengapa seakan-akan putih dan kuning itu melambangkan cahaya kecemerlangan? Apakah itu warna kebaikan? Kebaikan ada dalam segala warna, meski kita tidak dapat mengindranya. Hanya mereka yang mengerti, ingin mengerti dan belajar mengerti yang tidak akan mencela warna apa pun dari setiap kejadian dalam hidup dan kehidupan. Dan akhirnya, kita tidak memiliki cukup bekal untuk menilai apa pun selain mencintai semua warna-warni yang sengaja atau tidak singgah dalam lempengan takdir siapa pun. 
Tempat: Dangau Auliya, Bogor- Jawa Barat

Guru Ruhani dan Tentang Kematian

Selasa, 06 Mei 2014

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, banyak agenda kerja dapat terselesaikan hari ini. Menjelang malam, lelah mulai terasa. Tapi semua itu sirna berkat siraman penyejuk Sang Guru Ruhani yang Mulia.

Siapa Guru Ruhani itu? Iyalah Syeikh Dr. Dhiyauddin. Seorang Guru Tasawwuf yang lembut hatinya dan mulia akhlaknya, ialah titisan dari pada Sunan Giri.

Sejak kapan saya mengenal beliau? Sekitar tiga tahun lalu beliau berkunjung ke Lombok bersama Syeikh Rohimuddin Annawawi. Memberikan ceramah dan penyejuk jiwa. Setelah itu, jarang sekali mendengar kabar tentang beliau. Hingga akhirnya beberapa bulan yg lalu saya berteman dg akun faceboook beliau g nama Emdeka Saka Guru.

Setiap status facebook beliau sarat dengan makna dan kesejukan. Saya sering meminta pendapat dan pencerahan kepada beliau melalui inbox fb. dan pada sejumlah status terjadi percakapan bersama beliau.

Malam ini, saya menulis status yang juga saya BC kepada sejumlah kontak whatsapp saya. Di facebook, saya tag beliau dan sejumlah sahabat. hingga terjadilah percakapan sebagai berikut:

Status saya: Senja telah rampung. Adakah egoisme masih kita rawat? Setelah matahari memainkan pentas ke-fana-an. Bahwa semua akan tenggelam. Semua akan hilang. Semua akan lenyap. Semua akan berakhir. Mati, kepastian paling misterius itu harusnya membuat kita selalu terjaga. Di atas langit, masih ada langit. Masih adakah yang layak untuk kita sombongkan? Sahabat, bila malam ini ada yang ingin kau catatkan : kuburan itu hanya seluas badan.

KOMENTAR

Emdeka Saka Guru: Saking besarnya anugerah di balik kematian,maka ia di sembunyikan di balik peti ketakutan

Multazam Zakaria: ayahanda Syeikh Emdeka Saka Guru, bimbinglah kami untuk belajar ttg kematian. sungguh, kami belum punya pemahaman.

Emdeka Saka Guru: Yang di dambakan tersembunyi di balik yg tdk disukai, contoh sehat tersembunyi di balik obat yg tdk disukai, begitu jg syurga tersembunyi di balik kematian yg di benci

Multazam Zakaria:  Allaah.. Allah.. Allah.. (saya tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi)

Emdeka Saka Guru: Kita harus banyak beramal sholeh u menghadapi kematian, tp jangan bergantung padanya,krn setiap kebergantungan pada selainNYA adalah syirik termasuk bergantung pada amal.Lalu bagaimana?

ALLAH tlh memberi petunjuk dlm ayatNYA " Hai orang 2 beriman bertaqwalah pada ALLAH dg sebenar2 taqwa dan jangalah kamu mati kecuai dlm keadaan BERSERAH DIRI/ taslim(qs 3 ; 102 )

Banyak orang kl di tanya belum siap mati krn merasa belum punya banyak amal,berarti dia bergantung pada amal

Ketahuilah berserah diri/ taslim itu adalah induk segala amal(ummul ibadah), sholat, puasa zakat haji dll amal dhohir itu semua hanyalah serpihan atau derivat saja dari TASLIM 

Maka seorang yg tlh berhasil mencapai maqom taslim/ keberserah dirian secara total pada ALLAH berarti ia tlh lulus sbg hamba ALLAH dan tlh siap di panggil dg panggilan ' irji'ii ila robbiki rodhiyatan mardhiyah fadzhuli fi IBADY fadzhuli JANNATY

Multazam Zakaria: allahu akbar.. aduhai bahagianya diriku Allah takdirkan mendapat bimbingam dari ayahanda Emdeka Saka Guru. sirna segala haus, lenyap segala lelah. semoga Allah panjangkan umur ayahanda, dan Allah sehatkan selalu.. 

saaalam 'alaika ya sayyidii..

Emdeka Saka Guru: Alaikaasalam wr wb.Berkah berkah berkah smg sll meliputimu dan keluargamu.

Demikian percakapan saya malam ini dengn Guru ruhani tentang kematian. Sengaja saya share dengan harapan juga bisa menajdi bimbingan dan penyejuk bagi sahabat yang membacanya.

Depok, 6 Mei 2014
Multazam Zakaria

Tidak Ada Alasan untuk Menolakmu

Minggu, 04 Mei 2014



Tidak ada alasan untuk menolakmu


Aku tidak lagi punya alasan apa pun untuk menolakmu. Engkau terlanjur hadir di sini. Di ruang ketulusan. Egoisme dan kesombongan kaulebur dalam wirid-wirid sunyimu. Malam ini, kita gelar lagi sajadah. Semoga gelap hadiahkan keinsyafan paling mungkin untuk kita. Tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan, setelah kau benar-benar utuh menemaniku menghabiskan malam. Aku semakin tertantang, bersamamu mengabadi. Semoga Allah ridho.


Persahabatan persis sama dengan tiga garis yang membentuk segitiga sempurna. Apa itu? Garis pertama adalah dirimu, garis kedua adalah sahabatmu dan garis ketiga adalah alasanmu. Bukankah benar garis pertama dan garis kedua tidak akan mampu membentuk segitiga sempurna tanpa kehadian garis ketiga? Benar, karena itu terdengar seperti kemustahilan. Lalu apa atau siapakah yang harus menjadi garis ketiga itu? Persahabatan akan menajdi kekal dan mengabadi bila kita tidak punya ruang sekecil apa pun untuk menggugat alasan persahabatan. Adakah itu? Ada: Tuhan.

Menjadikan apa dan siapa pun selain Tuhan untuk mengisi peran menjadi garis ketiga adalah hal yang wajar, tapi kita tidak lagi punya hak untuk mengharapkan keabadian dari sebuah relasi normal. Sebab? Semua fana, selain-Nya. Maka persahabatan akan fana dan berakhir jika alasan yang berperan sebagai garis ketiga telah fana dan sirna. Misal: jika peran itu diduduki oleh harta maka begitu tiada harta akan fanalah persahabatan; popularitas, begitu hilang popularitas maka hilanglah persahabatan. Ada pun Tuhan? Ialah yang kekal, jika Ia kaujadikan garis ketiga, maka kekallah persahabatanmu.

Ketiadaan garis ketiga menjadi sebab hadirnya gap dalam sebuah relasi persahabatan. Semua menjadi berjarak, banyak hal remeh-temeh menjadi sekat yang sewaktu-waktu menjadikan persahabatan tidak pernah ada dalam satu titik yang senada.
Begitu juga dengan persaudaraan, menghadirkan Tuhan sebagai garis ketiga berarti menghancurkan segala tembok yang selama ini menjadi sekat persaudaraan. Perbedaan apa pun tidak akan mengganggu setiap romansa di dalamnya. Karena ia akan selalu bertemu dalam satu garis: Garis Tuhan (God Line).

Kehadiran Tuhan sebagai garis ketiga dalam bentuk relasi apa pun menjadikan sesuatu yang terjalin menjadi begitu amat luas dan lebar, tanpa sekat-sekat, bahkan tanpa batasan ‘kandung’. Ini artinya, siapa saja bisa menjadi saudara siapa saja, siapa saja bisa menjadi sahabat siapa saja, jika ia benar-benar mampu menghadirkan garis ketiga dalam persaudaraan dan persahabatan. Maka sering kita dengar ungkapan “akhi fillah” yang artinya -suadaraku karena Allah- menunjukkan bahwa Tuhan menjadi pemersatu.

Begitulah, dan jika kita benar-benar telah merasai kehadiran Tuhan dalam relasi persaudaraan, maka kita juga harus benar-benar berani menghargai setiap ketulusan menjadi sebuah kebeningan.