Pages

Indonesia Negara "Surga Jahannam"

Jumat, 19 April 2013

Indonesia Negara “Surga-Jahannam”
Oleh:
Mahasiswa Sharia Econnomics and Banking Institute (SEBI)

Ilustrator 'Surga-Jahannam' by Multazam Zakaria
Indonesia Negara “Surga-Jahannam”,  ini statmen yang mungkin jarang terhembus ke khalayak semesta, bahkan mungkin belum pernah sebelumnya. Karena dalam ajaran islam, tidak mungkin menggabungkan antara ‘surga’ dan ‘jahannam’, karena jahannam sendiri merupakan sebuah nama dari tempat yang menjadi antonim dari surga, namun dalam dunia linguistik, semua bisa dilakukan asalkan dilandasi alasan yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Maka kata kunci dari tulisan ini yang nantinya akan menjadi referensi untuk memahami istilah ‘surga-jahannam’ adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan sederhana dan menggelitik berikut  ini, apa itu Indonesia? Apa itu surga? Dan apa itu jahannam?.

Indonesia, inilah kata kunci pertama yang harus kita mengerti. Lalu apa sebenarnya Indonesia? Barangkali kita tidak awam lagi dengan kosa kata indah ini, dan tidak menutup kemungkinan ada yang berseru “huh, anak Te-Ka juga tahu kalo Indonesia itu adalah nama sebuah Negara yang penduduknya mayoritas pemeluk agama islam”.  Baik, ini adalah salah satu deskripsi tentang Indonesia yang hemat penulis belum mampu mewakili Indonesia secara keseluruhan, namun ada yang lebih urgen dari sekedar itu. Hal ini yang mungkin banyak kita dan bahkan dunia tidak menyadarinya, “serpihan surga”, meminjam istilah Cak Nun[1]. Ya, Indonesia adalah serpihan surga itu. Mengapa? Apa sebenarnya surga itu? Semua agama sepakat bahwa surga adalah suatu tempat di akhirat yang disediakan Tuhan sebagai tempat tinggal bagi hambanya yang taat menjalankan perintahnya atau biasa kita menyebutnya ‘bertaqwa’. Lalu bagaimana karakteristik surga itu? Menyenangkan, sejuk, semua keinginan bisa terpenuhi di dalamnya, tentunya begitu. Ini diperkuat dengan perumpaan-perumpamaan surga yang terdapat di dalam al-Qur’an, misalnya ; “Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.”[2] Atau lirik lagi dalam surat yang lain; “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa.”[3] Dan banyak lagi ayat-ayat lainnya yang berbicara tentang perumpaan surga dan isinya. 
Serpihan surga, jika memang Indonesia adalah serpihan surga itu, lalu adakah Indonesia memiliki karkateristik sebagaimana dalam perumpaan surga di atas? Inilah pertanyaan inti yang harus kita berusaha dengan jujur menjawabnya. Serpihan surga, sebuah ungkapan sederhana dari seorang Cak nun, namun akan bisa difahami bila direnungkan, dan difikirkan dengan kejernihan dan kejujuran hati. Jika memang apa yang diungkapkan oleh seorang kiyai dan budayawan itu benar adanya, maka tugas kita adalah mecari titik temu untuk menarik garis determinan atara surga dan Indonesia.  Jika kita melihat dengan mata telanjang, maka Indonesia tidak pantas disebut surga. Maka ungkapan cak nun pun terbantahkan. Misalkan saja, lirik bencana-bencana yang telah berulang kali bahkan antri menunggu giliran perannya di Indonesia. Mulai dari tsunami aceh, gempa jogja, longsor, lumpur lapindo yang hingga kini telah berubah menjadi lautan lumpur, dan lain sebagainya. Lalu pada sisi yang sama, mari lirik penghuninya, kemiskinan terjadi dimana-mana, antrian panjang para sarjana semakin bertambah inci demi inci, kelaparan, busung lapar, perpecahan, konflik elit, tawuran siswa, dan lain sebagainya. Gambaran singkat ini menunjukkan betapa penghuninya sungguh merasakan kegelisan,kekeringan jiwa, kerisis tauladan, dan penderitaan yang terjadi pada berbagai sisi dan sendi Indonesia. Jika melihat semua kenyataaan ini maka Indonesia sedikitpun tidak pantas disebut surga atau serpihan surga sebagaimana ungkapan cak nun.
Maka dari itu, sejak awal hemat penulis untuk memahami ungkapan ‘serpihan surga’ dibutuhkan perenungan dengan kejernihan dan kejujuran hati.  Ada hal yang luput dari kita dan dunia dalam memahami Indonesia, hal yang luput inilah yang mungkin dimaksudkan cak nun sebagai serpihan surga itu. Dianataranya; (1) Negara ini punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia. Mungkin biasa kita mendengarnya dengan sebutan PT Freeport. Dari berbagai sumber dapat dirilis sebuah data bahwa sejak  pertambangan ini dibuka hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas. Jika diuangkan dnegan anggapan harga emas Rp. 300.000 per gram, dikali 724,7 juta ton (724.700.000.000.000 gram) maka akan berjumlah Rp.217.410.000.000.000.000.000,- Barapa ini? Entah. Itu hanya emas belum lagi tembaga serta bahan mineral lain-nya. Bahkan ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, Uranium kita menyebutnya. Uranium merupakan bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan disana. belum jelas jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, tapi kabar terakhir yang beredar menurut para ahli kandungan uranium disana cukup untuk membuat pembangkit listrik nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium disana. (2) Negara ini punya cadangan gas alam terbesar di dunia, Blok Natuna, kita biasa menyebutnya. (3) Negara ini punya hutan tropis terbesar di dunia. hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 Hektar, dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia. Letaknya di pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. (4) Negara ini punya Lautan terluas di dunia. dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain. (5) Negara ini punya jumlah penduduk terbesar ke 4 didunia. (6) Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan hujan. (7) Negara ini punya pemandangan yang sangat eksotis dan lagi-lagi tak ada negara yang bisa menyamainya. dari puncak gunung hingga ke dasar laut bisa kita temui di negara ini.
            Jika melihat  tujuh hal istimewa di atas, maka ungkapan ‘serpihan surga”nya cak nun tak dapat terbantahkan lagi. Indonesia sudah memiliki persyaratan yang cukup untuk disebut serpihan surga. Namun jika melihat serba-serbi penghuninya sebagaimana digambarkan di atas, maka Indonesia pantasnya disebut jahannam. Ya, jahannam. Jahannam? Ya, jahannam adalah salah satu nama neraka kelak di akhirat. Jika memang seandainya tidak pantas disebut neraka, maka cukuplah ‘serpihan neraka’. Lantas bagaimana perumpaan penghuni neraka? Mari coba lirik ayat berikut ini; “Hartaku tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku. Peganglah dia, dan belenggulah tangannya ke lehernya.   Kemudian masukkan dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.  Kemudian (belitlah dia) dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.  Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah al-‘Adzim (Yang Maha Besar).  Dan dia tidak mendorongkan untuk memberi makan orang miskin.  Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini.
Dan tiada makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah.   Tidak ada yang memakannya kecuali orang yang berdosa.”[4]
            Sampailah kita pada sebuah kesimpulan, Indonesia memang betul dan layak digelar ‘serpihan surga’. Namun pada dimensi yang berbeda, Indonesia juga pantas dan layak digelar ‘serpihan jahannam’. Inilah Indonesia, Negara ‘Surga-Jahannam”

Wallahua’lam.





[1] Budayawan asal Jombang- Jawa Timur
[2] Al-Qur’an Surat Muhammad  Ayat 15 (47:15)
[3] Al-Qur’an Surat Al-Ra’du ayat 35 (13:35)
[4] Al-Qur’an Surat Al-Haqqoh Ayat 28-37 (69:28-37)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^