HATI TANDUS
Gersang.. Lirih hati yang terlanjur tandus
Menanti mata air yang entah dimana
Pun dunia terus menganiyaya
Memporak-poranda jiwa tiada berkeping
Perih lukanya pun semakin menganga
Derita berkepanjangan, kehausan cinta, kekeringan kasih,
kehambaran rasa, kehampaan sukma, menjadi mufradat harian hati tandus
Bodoh… lirih hati tandus
Iapun semakin diperbodoh oleh kepintaran sendiri
Karena memang ia tak secerdas iblis
Tak setampan yusuf
Atau tak secantik zulaikha
Yang berpeci belum tentu rajin mengaji
Yang bersorban belum tentu gemar berkorban
Yang bercelana robek belum tentu berengsek
Semua kemungkinan bisa saja terjadi
Karena tak ada yang terlepas dari lilitan kemajmukan rasa,
keberagaman dosa, keindahan maksiat dan cinta, keelokan iblis dan neraka,
Ah… semuanaya tak dapat diterka, pendosa.
Pendosa… lirih hati tandus
Di sini dosa
Di sana dosa
Dimana dimana kutemukan si bodoh dan si pendosa
Tapi apapun mereka,
Tak ada satupun yang sehina aku,
Tak ada yang sanggup mencicil gunung dosa setinggi milikku
Tak ada yang berani menadingi luasnya samudera maksiat yang
setiap hari kutambah inci demi inci..
Ah.. Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada memang
Memang tidak ada
Aku adalah aku
Saya adalah saya
Ana adalah ana
Ini aku, saya, dan ana, dengan apa aja engkau boleh
memanggilku
Asal jangan ganti gelar kehormatanku
Pendosa, lirih hati tandus.
Tersesat.. Lirih hati tandus
Aku terlanjur tersesat
Di sini,. Di hutan tanpa pohon
Akupun tertawa, tertawa tanpa suara
Akupun menangis, tapi sayang tangisanku tanpa air mata
Meraba jalan pulang,
Mencari-cari jejak suci diantara bercek bercek lumpur dosa
Akupun menemukannya
Meski tak jarang kadang tersandung lalu balik arah tiada
daya
Ah.. Sudahlah.
Aku hanya hati tandus.
Azam Subhanallah...
BalasHapuskata-katamu itu lho. _speechless_
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus