Pages

PUISI HAMPA

Jumat, 20 September 2013



PUISI HAMPA; REFLEKSI DIRI

 “Jiwamu meronta
Tentang apa yang tak dapat kau sangka
Jiwamu mencari
Tentang apa yang tak kau miliki
Jiwamu melahap amarah
Hanya bisa berbaring lemah
Jiwamu yang lapar
Puisi apa saja dibuatnya terkapar
Dan hanya menjadi puisi-puisi hampa.”


            Saya tidak cukup mengerti dengan kondisi jiwa saya dua hari terakhir ini, khususnya. Yang saya tahu, saya selalu mengakhiri malamnya di teras depan, menikmati puisi-puisi Rendra, syair-syair Gus Mus dan D Zawawi Imron. Selalu saja saya tertidur dibuatnya, bak selimut hangat yang melilit diri dari udara dua malam terakhir ini.