Pages

Tidak Ada Alasan untuk Menolakmu

Minggu, 04 Mei 2014



Tidak ada alasan untuk menolakmu


Aku tidak lagi punya alasan apa pun untuk menolakmu. Engkau terlanjur hadir di sini. Di ruang ketulusan. Egoisme dan kesombongan kaulebur dalam wirid-wirid sunyimu. Malam ini, kita gelar lagi sajadah. Semoga gelap hadiahkan keinsyafan paling mungkin untuk kita. Tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan, setelah kau benar-benar utuh menemaniku menghabiskan malam. Aku semakin tertantang, bersamamu mengabadi. Semoga Allah ridho.


Persahabatan persis sama dengan tiga garis yang membentuk segitiga sempurna. Apa itu? Garis pertama adalah dirimu, garis kedua adalah sahabatmu dan garis ketiga adalah alasanmu. Bukankah benar garis pertama dan garis kedua tidak akan mampu membentuk segitiga sempurna tanpa kehadian garis ketiga? Benar, karena itu terdengar seperti kemustahilan. Lalu apa atau siapakah yang harus menjadi garis ketiga itu? Persahabatan akan menajdi kekal dan mengabadi bila kita tidak punya ruang sekecil apa pun untuk menggugat alasan persahabatan. Adakah itu? Ada: Tuhan.

Menjadikan apa dan siapa pun selain Tuhan untuk mengisi peran menjadi garis ketiga adalah hal yang wajar, tapi kita tidak lagi punya hak untuk mengharapkan keabadian dari sebuah relasi normal. Sebab? Semua fana, selain-Nya. Maka persahabatan akan fana dan berakhir jika alasan yang berperan sebagai garis ketiga telah fana dan sirna. Misal: jika peran itu diduduki oleh harta maka begitu tiada harta akan fanalah persahabatan; popularitas, begitu hilang popularitas maka hilanglah persahabatan. Ada pun Tuhan? Ialah yang kekal, jika Ia kaujadikan garis ketiga, maka kekallah persahabatanmu.

Ketiadaan garis ketiga menjadi sebab hadirnya gap dalam sebuah relasi persahabatan. Semua menjadi berjarak, banyak hal remeh-temeh menjadi sekat yang sewaktu-waktu menjadikan persahabatan tidak pernah ada dalam satu titik yang senada.
Begitu juga dengan persaudaraan, menghadirkan Tuhan sebagai garis ketiga berarti menghancurkan segala tembok yang selama ini menjadi sekat persaudaraan. Perbedaan apa pun tidak akan mengganggu setiap romansa di dalamnya. Karena ia akan selalu bertemu dalam satu garis: Garis Tuhan (God Line).

Kehadiran Tuhan sebagai garis ketiga dalam bentuk relasi apa pun menjadikan sesuatu yang terjalin menjadi begitu amat luas dan lebar, tanpa sekat-sekat, bahkan tanpa batasan ‘kandung’. Ini artinya, siapa saja bisa menjadi saudara siapa saja, siapa saja bisa menjadi sahabat siapa saja, jika ia benar-benar mampu menghadirkan garis ketiga dalam persaudaraan dan persahabatan. Maka sering kita dengar ungkapan “akhi fillah” yang artinya -suadaraku karena Allah- menunjukkan bahwa Tuhan menjadi pemersatu.

Begitulah, dan jika kita benar-benar telah merasai kehadiran Tuhan dalam relasi persaudaraan, maka kita juga harus benar-benar berani menghargai setiap ketulusan menjadi sebuah kebeningan.