Pages

Ketika Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari Dibenci Santrinya

Sabtu, 20 Desember 2014

Bismillah.. assalamu'alaiku wr wb. Semoga sehat semua pars pengunjung blog yg sederhana ini. :)

Hehe.. sepertinya melihat secara 'parsial' kadang2 mmbuat diri kita mnjdi musuh bgi diri kita sendiri. Musuh kita bkn orang lain, yg mmbuat kita terikat dan terpenjara bukan orang, diri kita sendiri.

Aku tak bermaksud membela siapa pun, tpi yg kusampaikan adalah input yg kudapatkan. Dan,, sy jg akan sangat memaklumi siapa pun dg beragam perbedaan sikap dan pandangan.

Aku jadi teringat dg Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari. Beliau punya murid kesayangan. Beliau yg merawat sejay kecil, mendidik, hingga menikahkannya. Namun suatu saat, sang murid kesayangan marah, tidak setuju dg sikap hadratusyeikh, akhirnya sang murid beranggapan bahwa hadratusyeikh tdk cocok mnjdi pemimpinnya, sehingga sang murid pergi dan meninggalkan beliau.

Mengapa?  Karena dalam kejelasan kdang ada ketidakjelasan. Apa yg diketahui hadratussyeikh tdk smua dpt diceritakan kpd muridnya. Akibat ketidaktahuan itulah sang murid mengagap hadratssyeikh telah berubah.

Dan suatu saat, sang murid menyesal bukan main. Surban hdratusyeikh dicium sambil menangis tnp sepengathuan hadratussyikh.

Lalu siapa sebenrnya yg mnjdi musuh sang murid?

Apakah hadratussyeikh?
Ataukah ketidaktahuan sng murid itu sendiri?

Wajar jika ada peribahasa berkata: annasu a'daun ma jahilu (manusia itu musuh ats yg tdk diketahuinya, maka berhati2lah).

Uhibbukum Fillah..