AMAZING LIFE
“Maka tidak ada yang lebih Puitis dari melengkingkan kebenaran dan menebar kebermanfaatan”
“Antum akan menjadi amazing, bukan karena sejauh mana dan sebanyak
apa yang antum kejar, tapi sebanyak apa yang antum tebar”, kurang lebih
begitulah petuah my amazing coach Wahyu Saputra yang disampaiakan saat
mengisi training #amazingPublicSpeaking beberapa hari lalu sebelum tulisan ini
dibuat. Tak sekedar motivasi, tak sekedar ungkapan retorik, atau tak sekedar
aktualisasi ilmu stage anchoring yang pernah ditimbanya di Singapore,
lebih dari itu semua, yaitu landasan mengapa ini dilakukan, mengapa itu dikerjakan,
mengapa pada akhirnya kami memutuskan untuk menapaki jalan ini, hanya satu kata
yang bagi saya adalah segalanya; Kebermanfaatan. Inspiring.
Nah, barang kali pada kesempatan ini kita akan berusaha dengan
jujur untuk menerjemahkan makna dan arti ‘amazing life’. Menerjemahkan hidup
tentu dibutuhkan kehati-hatian, karena kita akan menerjemahkan diri kita, menerjemahkan
yang bukan hanya sekedar ‘mengapa’ tapi juga ‘bagaimana’. Menerjemahkan hidup
adalah sebuah proyek yang tidak boleh terlepas dari Aktor Utamanya, yaitu Dzat
Yang Menghidupkan dan Mematikan. Karenanya, dalam usaha sadar menerjemahkan
hidup ini, mau tidak mau kita akan menerjemahkan Tuhan, tentang mengapa dan
untuk apa kita dihidupkan-Nya. #AmazingLife
Untuk apa hidup?
Ketika saya bertanya “untuk apa kita dihidupkan-Nya?”. Barang kali
ada yang dengan segera menjawab dengan lengkingan ayat ini Wa Ma Khalaqtu
al-Jinna wa al-Insa Illa Liya’budun, Aku tidak menciptakan (menghidupkan)
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Baik, ini adalah jawaban yang
tepat. So, tujuan dari hidup adalah beribadah. #AmazingLife
Tidak cukup hanya mengetahui bahwa tujuan dari hidup ini adalah
beribadah, tapi harus ada pertanyaan selanjutnya yang mesti kita jawab. Apa
ibadah itu? Apa gerangan makna di balik kata? Sudahkah kita memahami arti dari
kata yang mungkin sering didengung-dengungkan? Adakah Ibadah itu bermakna
penghambaan? Ia, jika dilihat secara etimologi maka inilah arti yang akan kita
temukan. Namun tidak cukup untuk memberikan pemahaman kepada kita untuk
memahami hakikat hidup ini, hidup yang sangat berharga, hidup yang merupakan
karunia luar biasa-nya. Maka kita perlu memahmi, apa penghambaan itu?
#AmazingLife
Apa gerangan ibadah itu?
Jika hidup ini memang penghambaan, maka kiranya izinkan saya melakukan
klasifikasi penghambaan menjadi dua macam, yaitu ‘penghambaan langit’ dan
‘penghambaan bumi’. Kedua istilah ini sebenarya bukan barang baru bagi kita,
ini hanya kata lain dari hablun Minallah dan hablun minannas. Jujurnya,
penghambaan langit ini akan dibenarkan bilamana penghambaan bumi ini
ditunaikan, pengkhalifahan atas semesta, mungkin begitu tepatnya. #AmazingLife
Lantas benarkah adanya seseorang yang telah menganggap dirinya
telah berada pada tataran #AmazingLife karena ia telah berhasil membangun
penghambaan langitnya? Bingung? Seperti ini, seseorang memutuskan untuk
menyendiri dengan tujuan untuk membangun penghambaannya kepada Tuhan, maka
iapun menemukan sebuah batu besar yang cukup dijadikan sebgai tempat solat. Anggaplah
batu itu hingga melekuk bagai kolam kecil karena setiap saat digunakan untuk
bersujud. Dan iapun menikmati ini, tanpa adanya lintasan dalam dirinya untuk
melakukan penghambaan bumi, tak menghiraukan lagi keadaan masyarakat yang
membutuhkan sentuhan dan semangat untuk hidup dan beribadah, acuh, barang kali seperti itu. lalu, bisakah
disebut ini sebgai #amazingLife karena ia telah melakukan penghambaan langit?
sedangkan di satu sisi ia telah acuh terhadap tugas yang diberikan kepadanya
oleh Yang Disembahnya, pengkhalifahan. #AmazingLife
Jika saya ditanyai tentang ini, maka tentu saya akan menajwab
‘tidak’. Barang kali inilah jawaban yang tepat bagi saya. Bagaimana saya
membenarkan sesuatu yang tanpa pembuktian, dan bagi saya pembuktian atas
penghambaan langit itu adalah kecemerlangan penghambaan bumi. Karena bagi saya,
#amazingLife adalah kesuksesan melakukan kedua penghambaan ini. Terlepas dari
anda setuju atau tidak dengan pendapat saya, izinkan saya melakukan ta’qid atas
pendapat ini dengan mengutip ayat-ayat dan hadist-hadits ‘kewajaran’ pada
baris-baris berikutnya. #AmazingLife
Ayat Kewajaran, maka wajarlah!
Pertama, tidak diterima solat seorang hamba yang dengan solat
itu tidak menjadikannya berlaku lemah lembut kepada saudaranya. Kurang
lebih begitulah inti dari sebuah sabda Rasulullah saw, jelas sekali! Adakah
kita mampu menyangkal bahwa penghambaan langit yang kita lakukan akan menajdi
sia-sia tanpa makna jika tidak ada pembuktian dengan penghambaan bumi. Dalam
hal ini, rasul menyebutkan salah satu bentuk penghambaan bumi itu adalah
berlaku lemah lembut kepada saudara, bukan sebaliknya acuh dan tidak peduli.
Saya betul-betul tidak bisa membayangkan ini, momen-momen ketika hati kita
dirasuki rasa bangga karena telah solat, mengaji, dan sejenisnya, sedangkan
kita tidak mampu menjamin akankah semua itu diterima di sisi-Nya. Kiranya ini
alasan pertama atas jawaban saya di atas. #Wajarlah1
Kedua, siapa yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah
saw maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Subhanallah, lagi-lagi ini sebuah
hadis dari Rasul saw yang sangat luar biasa. Ini sebuah isyarat akan sebuah
tanda dan ciri, bahwa keimanan yang benar selalu ada pembuktiannya. Dan pada
hadits ini salah satu pembuktian yang Rasul saw sebutkan adalah memuliakan
tamu. Bagaimana mungkin kita mengaku beriman (penghambaan langit) sedang tamu
tidak kita muliakan (penghambaan bumi)? Maka semakin jelas korelasi antara
keduanya. #Wajarlah2
Ketiga, Demi Masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian,
keculai orang-orang yang beriman, beramal sholih, saling berwasiat dengan
kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran. Sempurna satu surat
al-‘Ashr saya kutip disini. Allah merincinya dengan detail, tentang
#amazingLife yang sedari tadi kita sudah mulai bicarakan. Makin teranglah,
betapa #amazingLife sesak akan pembuktian. Pada surat ini Allah menjelaskan
pembuktian atas keimanan, dimana bentuk dari pembuktian itu adalah ‘amal
sholih, dan saling berwaisat dengan kebenaran dan kesabaran. Maka adakah
pantas sematan ‘iman’ kita kenakan jika hanya bersembunyi dan berdiam diri,
tanpa mau melakukan kebaikan dan perbaikan (‘amal sholih) terhadap sesama,
tanpa mau saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran. #Wajarlah3
Keempat, Kalian adalah ummat terbaik yang dikeluarkan untuk
manusia untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Kurang
lebih seperti itu terjemahan salah satu ayat al-Qur’an yang menyematkan gelar
‘ummat terbaik’ kepada kita ‘jika’ terpenuhi syarat-syaratnya. Menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, inilah syarat itu. Inilah yang
merupakan pembuktian dari sebuah keimanan, menyeru, mengajak, menebar, dan
berbagi ide, gagasan, semangat dan inspirasi bagi sebanyak mungkin orang. #Wajarlah4
Maka adakah yang lebih baik dari lengkingan kebenaran? Adakah yang lebih
mulia dari menebar kebermanfaatan? Adakah yang lebih bermakna dari berbagi
semangat dan inspirasi?
Kelima, Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi
yang lainnya. Begitulah sabda Rasulullah saw, saya kira hadits ini dapat
merangkum keempat alasan yang saya kemukakan di atas. Maka barometer terbesar
atas sebuah kesuksesan adalah sejauh mana kebermanfaatan yang mampu kita
lakukan. #Wajarlah5
Sebelum sampai pada titik akhir tulisan ini, izinkan saya membuat
sebuah kurva #amazingLife yang merupakan hasil pembicaraan kita pada kesempatan
ini.
Kurva #AmazingLife
Epilog
Kelima alasan di atas, sekaligus merupakan alasan saya yang sejak
awal memutuskan untuk menjadi seorang public speaker, #AmazingPublicSpeaker
mungking tepatnya. Maka jika ada yang bertanya tentang alasan saya, maka inilah
alasan itu, telah kuurai pada baris-baris sebelumnya. Kiranya tulisan ini
bermanfaat bagi sebenayak mungkin orang, memberi inspirasi hakikat, dan tidak
menyakiti hati siapapun. Astagfiruka Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^