Pages

PILKADA BELITUNG & RISALAH KOPI PAGI INI

Selasa, 26 Juni 2018

PILKADA BELITUNG DAN RISALAH KOPI PAGI INI

ditulis khusus untuk pendukung paslon BERANI

@multazamzakaria


1. Saya adalah orang paling marah dan kecewa dengan ‘bintang’ tamu kampanye yang dihadirkan oleh paslon yang kita dukung. Sehari setelah info kami terima, kami berkumpul untuk membahas dan mengambil sikap. Tegas kami menolak dan tidak merekeomendasikan ‘bintang’ tamu tesebut.

2. Setelah sekian lama masa kampanye, kita melihat begitu banyak statmen dan ungkapan sikap paslon kita yang  menunjukkan (1) keberpihakan kpd ummat, (2) pro rakyat, dan (3) tanpa intervensi cukong.

3. Kedatangan ‘bintang’ tamu tersebut adalah mudharat dari dan bagi paslon. Paslon menyampaikan permintaan MAAF kepada kami sebagai perwakilan dan kepada ummat atas kelalaian ini.

4. Dengan berbagai pertimbangan (rasional-emosional), Saya tetap mendukung paslon yang sedari awal kita dukung. Akhi Ukhti, setelah nanti kita rebut, baru kita ribut (kawal agar sesuai dengan apa yang kita harapkan). Tapi kalau kita ribut terus sekarang, kita tidak akan bisa merebut.

5. Begitu banyak masalah di negeri Laskar Pelangi ini, dari kerusakan moral-pengangguran yang mengerikan. Kalau kita larut dalam perdebatan, apa yang bisa kita hasilkan?

6. Saya sadar, jalan yang Saya tempuh ini bukan jalan mulus, tapi untuk meraih cita yang besar, kita harus siap melewatinya seterjal apa pun.

7. Kalau Saya menghendaki kenyamanan, pujian dan tepuk tangan, cukup Saya buka majlis2 agama dari masjid ke masjid. Jama’ah dan amsyarakat kemudian akan mengenal Saya sebagai orang sholeh dan alim.  Tapi.. perubahan apa yang bisa Saya lakukan di tengah masyarakat ini jika Saya hanya melakukan itu?

8. Tugas kita sekarang menerjemahkan firman dan hadits dalam kehidupan nyata, sebagai solusi bagi beragam masalah yang ada.

9. Orang-orang sekuler selalu melempar pernyataan sinis: “ternyata memang berjarak antara agama yang sunyi dengan kedhiupan orang-orang ramai.” Maksudnya, agama gagal menjadi solusi konkrit bagi masalah yang dihadapi oleh manusia. Dan itu menunjukkan bahwa agam memang terpisah dari kehidupan sosial-ekonomi-politik (menurut sekulerisme).

10. Dan kita tidak bisa membalas pernyataan itu selama terjadi dua hal: (1) Selama kita memandang Islam dg sebelah mata, seakan2 Islam hanya di masjid, dan terlepas dari kehidupan sosial-ekonomi-politik, (2) selama ada orang-orang yang memasuki medan sosial-ekonomi-politik dengan mengatasnamakan agama tapi tidak memahami hakikat agama, mengaku berdakwah tapi tidak memahami hakikat dakwah.

11. Kedua hal ini adalah PR kita bersama. Berat. Tapi ahrus ada yang memikulnya seberat apa pun. Allahul musta’an.
Semoga Allah ampuni segala khilaf kita, dan beri petunjuk kepada kita dalam kondisi dunia yang semakin edan ini.

12. Soal perbedaan ijtihad dalam masalah ini, Saya menghormati sahabat semua. Baik yang pernah mengaji kepada Saya, atau pun sekedar bergaul dengan Saya. Antum tetap sahabat ana, dan ana tetap sahabat antum. Kalem.

13. Ana tulis risalah ini sambil minum kopi di sebuah carwash, sambil membaca Mudzakkirat Adda’watu Wadda’iyah.

14. Ana tutup risalah kopi ini dengan petuah seorang cendikiawan kita: “Jika Anda tidak mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah dan anggota DPR,atau parpol Islam, itu hak Anda. Tapi ingat jika Anda dan jutaan yang lain tidak ikut pemilu, maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik, meski pun hasilnya belum tentu sebaik yang kauinginkankan.” (Dr. Hamid fahmy Zarkasy, MA., M.Phill)