Pages

G30SKPK | Sebuah Sajak

Senin, 30 September 2013



Lipstik suci menghiasi lidah banci
 sungguh sayang kusaksikan ia pandai berdasi
Beralibi

Teriak anak Negeri tanpa kincu
 derap mereka tanpa ragu
 sungguh sayang kau belagak dungu


Padahal kita menyapa  
datang membawa luka
derita
 nestapa
rakyat surga Indonesia

Dia bilang kau sedang bobo
padahal sedang menikmati barongko
yg kau utus hanya keronco

Mahasiswa berdarah  
sejak 98 dicatat sejarah  
saat ditanya pahlawan
jua kau jumpai darah

Darah bukan ttg kelemahan
tapi tentang keberanian
kekecewaan
mencakar nurani pahlawan
meski kita hanya mengaminkan

Rakyat menertawai kami
kembali kami menertawai
melahap janji dari lidah paduka berdasi
ambooi

Baiklah
cukup sudah
 meski kau kenakan jubah
 kami sudah terlanjur berdarah

Senin tiga puluh september dua ribu tiga belas
tak kujampai nurani paduka berbelas
yang kusaksikan adalah tendangan aparat berkelas
namun biarlah Tuhan yang akan membalas

Sketsa Wajahmu pada Bola Mataku

Kamis, 26 September 2013



WAJAHMU PADA BOLA MATAKU
(Bojongsari, 2/10/2012. 21:05 WIB)
“Astagfirullahal ‘Azhim, ampunilah hamba-Mu ini Ya Rabb. Hanya kalimat ini yang mampu mereda kegelisahan ini, bimbang ini. Ya Rabb, hamba menyadari betapa iman ini masihlah sangat lemah, betapa taqwa ini masihlah sangat rendah, karenanya kumohon rahmat dan bimbingan-Mu. Tuntunlah hamba dalam menjalani setiap detik kehidupan ini.”(KhibrulQolam al-Jary)

PUISI HAMPA

Jumat, 20 September 2013



PUISI HAMPA; REFLEKSI DIRI

 “Jiwamu meronta
Tentang apa yang tak dapat kau sangka
Jiwamu mencari
Tentang apa yang tak kau miliki
Jiwamu melahap amarah
Hanya bisa berbaring lemah
Jiwamu yang lapar
Puisi apa saja dibuatnya terkapar
Dan hanya menjadi puisi-puisi hampa.”


            Saya tidak cukup mengerti dengan kondisi jiwa saya dua hari terakhir ini, khususnya. Yang saya tahu, saya selalu mengakhiri malamnya di teras depan, menikmati puisi-puisi Rendra, syair-syair Gus Mus dan D Zawawi Imron. Selalu saja saya tertidur dibuatnya, bak selimut hangat yang melilit diri dari udara dua malam terakhir ini. 

Hawa Nafsu dan Adam Nafsu

Sabtu, 14 September 2013




Hawa Nafsu dan Adam Nafsu



“Hanya karena buah , yang mulia dilempar
Hanya karena buah, yang mulia mencium bumi berbilang tahun
Hanya karena buah, daku mengenal yang mulia
Buah kekal, membuat yang mulia untuk sesaat kehilangan akal.
Salam atas yang mulia dan bunda Hawa”


Perempuan itu berpakaian tapi seakan-akan ia telanjang, ia berjalan dengan berlenggok, ia tidak akan mencium harumnya surga, padahal harumnya dapat dikecap dari jarak sekian dan sekian. Kurang lebih, begitulah terjemah dari sebuah hadits Kanjeng Rasul saw. Di satu sisi, islam mengajarkan kita bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu, dan ibu adalah seorang perempuan. Terangkatlah harkat martabat perempuan sejak islam datang beberapa dasa warsa yang silam, karenanya perempuan memiliki posisi atau kedudukan yang khusus dalam islam.

Tuhan dan Muara; Perempuan yang Kukagumi

Senin, 09 September 2013





‘Hati mempunyai akal yang tidak bisa dilihat oleh akal’, itulah petitih dari Pascal. Seringkali hati memang tidak dapat di mengerti oleh akal, ia tidak melihat, namun tidak ada satupun yang dapat mendustainya, meski tak dirasakan tapi ia tetap merasakan. Karenya kita sering mendengar istilah ‘mata hati’. Tulisan ini terkhususkan untuk saudara-saudariku yang sedang di timpakan ujian oleh-Nya.

Saat nasib kehidupan sedang tidak berpihak, barangkali yang terasa adalah sakit, derita, gelisah, dan urusan kehidupan yang tak kunjung selesei. Semua pintu seakan tertutup, semua jalan sudah ditempuh namun seakan hanya kebuntuan yang menjelma. Urusan kehidupan sudah terlanjur runyam, tidak tahu harus kemana dan kepada siapa lagi meminta pertolongan. Gundah gulana seakan setia menemani hati, keluh kesah tidak lagi asing, namun ada yang aneh, senyumnya tetap menyingsing.