Pages

Satu

Rabu, 22 Mei 2013


“Entah, mungkin hingga ‘arsyurrahman lengkingan itu terdengar. Kisap petir menyambut bergiliran, akankah isak renta, atau tawa balita. Ternyata ‘satu’.”

Satu, hanya satu. Satu yang melahirkan susunan jutaan kata, yang menjadikan si pendiam tiba-tiba tampil bagai public speaker handal, meneguhkan jiwa mereka melawan miliayaran pasukan langit yang tak hentinya mendera, satu itu alasannya. Satu? Aku masih tidak mengerti, apa yang kau maksud satu? Tenanglah, bukan aurat, hanya semangat. Satu itu adalah semangat. Yang aku dan kita semua harap, satu itu lahir dari dan untuk Yang Maha Satu, agar tak berbilang sepanjang umurnya, agar ia tetap satu, semangat. #TeriakItu

Multazam Zakaria dan Best friend


Beragam umur dan karakter mereka, dari tujuh belas hingga dua puluhan tahun lengkap bersama meraka. Asal kota atau desa yang berbilang beragam tak kunjung mampu membilang dan meragam mereka, hanya satu, dan semoga tetap satu. Satu lagi, warna kulit. Hahaa, aku tahu, bahkan yang menulis dan sedang membbaca tulisan ini tak kunjung sama warnanya, tapi tetap menjadi satu. Bukan satu hati, karena kami meyakini beraneka ragam kehendak

Mihrab Penantian


Pengap
Gerah
Hati bagai miniatur kosan mahasiswa tak berpentilasi
Entah bagaimana harus menerjemahkan rasa ini
Saat si dia tiada di sisi tiada kabar
Yang ada hanya bayangan
Semu.. palsu…
Padahal pagi ini
Sengaja kuberdiri disini
Barangkali ada sabdanya yang dibawakan sang pipit
Sang pipit tak kunjung menjelma
Cinta, menyulapku layaknya seorang gila
Sayang, membuatku terus berilusi dengan bayang
Kasih, begitu juga masih setia mengukir sedih
Rindu, malah membuatku makin pilu
Demi rabithah suci yang dulu kita sepakati
Akan kukumpulkan setiap sajak
Saat tiba kau pulang nanti
Kau akan lihat
Aku masih setia bertapa
Dalam mihrab penantianku.

foto saat masih nyantri di pondok madani