Pages

Merindu Sepuluh Tahun Lalu | Nostalgia

Jumat, 19 April 2013



Abi, ummi, kanda,…
Aku ingin katakan, bahwa saat ini aku sedang dilanda mega rindu, merindu kalian semua.
Aku rindu, dan sangat rindu. rindu masa lalu kita yang mungkin tak akan pernah kita ulangi lagi.
Demi allah, aku rindu, rinduuu sekali.
Dulu,
Terlalu sering kita habiskan waktu dalam kebersamaan
Bersama ayah, ibu, dan kanda semua
Dulu, sering kita habiskan waktu menikmati pagi, siang, sore bahkan malam bersama gelak tawa di atas kolam ikan depan rumah kita. Aku masih sangat ingat itu, dan aku rindu ingin mengulanginya. Tidak ada sedikitpun yang tertutupi saat itu, kecuali satu, dan baru beberapa tahun belakangan ini aku menyadarinya, beban dan kesusahan yang harus ayah dan ibu tanggung, itu yang tak pernah ayah dan ibu beritahukan kami saat itu.
Kini, tak ada lagi kolam ikan, tak ada lagi gelak tawa bersama pancing itu. Kolam ikan kita dulu kita telah berubah menjadi kolam ilmu, kolam alquran, kolam tempat memancing ma’rifat, kolam yang kuharap bisa mengusir kejunuhan siapa saja dari hiruk pikuk dunia. Aku rindu kolam ikan itu, rindu sekali.

Kini, kita sibuk dengan urusan masing-masing. Karena sudah sejak awal kelurga ini kita infaqkan untuk Pemiliknya.
Ayah, aku merindumu, aku mencintaimu. Demi allah
Dulu, sehabis magrib hingga isya bagai waktu wajib bagi kita untuk bersama, aku masih ingat ayah. Ingat sekali. Ayah, ajari aku lagi bagaimana membaca iqro’, aku hampir tak pernah mengulanginya lagi, maafkan aku ayah. Ayah, aku masih ingat, al-qura’an emas aku menyebutnya. Al-qur’an yang bersampul kuning emas dan berkuran paling besar dibanding teman mengajiku saat itu, aku masih ingat al-quran pemberian ayah itu. Maaf, aku tidak pandai merawatnya ayah. Aku rindu ayaaah.
Kini, hampir tak pernah mengaji bersama ayah lagi. Tak pernah lagi ayah menyimakku, entah. Mungkin karena yah menganggap sudah bisa mengaji atau mungkin aku yang menggap diriku lebih bisa dari ayah. Maafkan anakmu yang  bodoh ini ayah. Aku merindumu, aku merindu saat engkau menegurku ketika ada bacaan yang tidak tepat aku baca, ketika idgom aku baca izhar.
Ibu, aku rindu ibu, aku cinta ibu, demi allah aku mencintai ibu, setulus cinta.
Rindu dekap ibu, rindu dekap ibu, peluk ibu, aku rindu. aku rindu saat nangit tersedu-sedu, lalu ibu diamkan dengan dongeng dan akupun terdiam lalu akhirnya tertidur dalam peluk ibu. Aku rindu itu ibu, aku rindu peluk hangat ibu, demi allah aku rindu itu. Dan baru beberapa tahun baru kusadari, dari sekian banyak dongeng ibu, satu diantaranya adalah dongeng tentang akau, yang dulu aku tak pernah menyadarinya. aku rindu ibu. Demi allah, aku merindu ibu. Ibu, aku masih ingat lagu ibu, lagu yang ibu nyanyikan dan membuatku langsung bangun dari tempat tidur dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh. aku hafal lagu itu, hafal sekali. Nyanyikan lagi untukku ibu, agar tak lagi kutunda-tunda solatku.
Kini, pernah beberapa kali kudengar ibu berdongen ke keponakan-keponakku, namun tak sedahsat ibu saat mendongengku dulu. Apa mungkin karena ibu sudah semakin tua? Ah, Tuhan panjangkan umur ibuku, sehatkan ia selallu, sembuhkan segala penyakitnya.
Kanda, aku merindumu, sangat merindumu.
Aku masih ingat mobilan kayu dari jogja yang kanda berikan untukku, dulu. Maafkan aku yang tidak bisa merawatnya. Kanda, aku rindu serulingmu. Seruling tua yang tak seorangpun memilikinya saat itu. Aku rindu kanda. Kanda, aku masih ingat kali shit down please itu artinya silahkan duduk, terimakasih telah mengajarkanku dulu kanda. Aku rindu.
Aku masih ingat kanda, saat kanda baru pulang dari madinah, kita bagai pasangan yang lama tak berjumpa lalu malam-malam kita lalui dalam ranjang yang sama. Aku masih ingat kanda, aku rindu saat itu. Aku ingin itu terjadi lagi, tapi tidak mungkin.
Kini, kanda telah beranakn dan beristri, tentu aku tak bisa tidur seranjang lagi bersama kanda. Padahal aku rindu sekali, rindu sekali untuk mengulangi kejadian sepuluh atau delapan tahun lalu itu. Rindu sekali.
Kanda, aku masih ingat baju koko pemberian kanda. Baju koko berwarna hijau muda. Naju koko yang paling seing kupakai ke sekolah MI-ku saat hari jum’at. Tapi maaf kanda, baju koko itu terbawa air sungai saat aku mencucinya. Aku berusaha mengejarnya, tapi tak kutemukan juga, entah tersangkut, atau entahlah. Ibu memang sempar melarangku pergi ke sungai siang itu, tapi aku tetap memaksa meski ibu tak beri izin. Maaf kanda, maaf ibu.
Kanda, aku masih ingat, masih ingat saat kanda melemparku ke kolam ikan depan rumah kita karena aku tak mau masuk sekolah. Aku masih ingat, dan aku rindu itu. Aku juga ingat saat kanda menggendongku ke sekolah tanpa seragam dalam keadaan menangis, aku ingat itu kanda. Itulah pendidikan termahal dari kanda, sekarang aku baru mengerti mengapa kanda berlaku seperti itu kepadaku dulu. Aku masih ingat, saat kanda mengimami aku dan teman-teman ngajiku solat isya, lalu sehabis salam kanda langsung memukulku karena dalam solat aku bermain-main, kanda tak hirau meski ibu membelaku. Tapi sekali kanda, itulah pendidikan termahal dan teristimewa dari kanda. Aku rindu kanda, pukuli aku sekarang kanda, karena dalam soalat-solat sering aku bermain meski terlihat khusuk. Kanda, aku merindumu.
Kini, aku tak berada lagi disisi dan pengawasan kanda. Tak ada lagi yang menegurku saat bermain ketika solat. Tak ada lagi yang melemparku ke kolam ikan depan rumah saat malas sekolah. Tidak ada kanda, kini aku menjalaninya sendiri, sendiri, dan merasa sendiri kanda. Aku rindu kanda. Rindu ketegasanmu kanda, rindu marahmu dulu kanda. Aku rindu. andai kanda saat ini masih mendampingiku menuntut ilmu, mungkin tak seperti ini aku sekarang, mungkin aku akan lebih baik kanda, mungkin.

Kini, ayah, ibu, dan kanda tak ada disisiku. Meski kalian tak akan pernah hilang di hatiku, selamanya.
Aku akan berusaha menjalani ini sekuat mungkin, karena aku tahu inilah tabiat keluarga kita untuk mendidik anggota agar tangguh dan kuat. Aku mnegerti.
Pernah, seringkali. Aku mencoba mencari insane yang bisa kuanggap sama seperti kalian, pernah kucari ayah disini, ibu disini, kanda disini, tapi tak kutemukan, karena aku tahu, kalian adalah ayah, ibu, dan kanda terbaik seluruh semesta. Aku merindu kalian. Aku mencinta kalian, demi Dzat yang menciptakan cinta di antar kita. Allaaaaaah… jagalah mereka untukku.
*bersama linangan air mata yang diikuti tangisan langit malam senin, 03 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^