Pages

SAMPEAN MUSLIM? KOK BANGGA DENGAN RIBA

Selasa, 30 Desember 2014

Hanya karena bank syariah belum sepenuhnya syariah, sejumlah kita dengan ringan mengatakan "sama saja, tidak ada bedanya". Tentu saja tidak begitu. Di samping kita berharap bank syariah segera hijrah ke fase yang lebih mapan (lebih syariah) kita juga tak mungkin hanya diam, atau sekedar melempar kritik tanpa ikut urun tangan. Saya kira itu sikap yang tidak cukup bijak.


Kita muslim, dan islam sangat jelas ajarannya tentang riba. Bahkan dalam satu dihadits dikatakan dosa 1 dirham riba sama dengan 36 kali berzina. Astagfirullah.


Barangkali ada diantara keluarga kita yang sudah terlanjur terjebak dalam lingkaran setan transaksi bunga, mari perlahan kita hijrah, kita ajak orang untuk hijrah ke ekonomi syariah.


Dan, ternyata riba dan bunga tidak hanya dilarang dalam ajaran islam, tapi oleh agama yahudi dan nasrani juga mengecam riba dan bunga. Begitu juga Aristotels, Plato dan Thomas Aquinas mengecam para pelaku riba dan bunga.


Lalu, sebagai seorang muslim, masihkah kita bersikap acuh dan pura-pura tidak tahu tentang hal riba dan bunga ini?


Berikut saya sadur bagaimana Aquinas, Plato dan Aristoles mengecam riba dan bunga dari sebuah tulisan Pak Agstianto:


"Dua tokoh Skolastik yang paling terkenal adalah St. Albertus Magnus (1206-1280) dan Thomas Aquinas (1225-1274). Keduanya sangat mengutuk praktik pembungaan uang. Thomas Aquinas dalam Summa Theologia bahkan dengan tegas menyebut orang-orang yang memperanakkan uang sebagai pendosa. Bagi Aquinas memungut bunga dari uang yang dipinjamkan adalah tidak adil dan sama artinya dengan menjual sesuatu yang tidak ada.


Sejarah mencatat, bangsa Yunani kuno yang mempunyai peradaban tinggi, melarang keras peminjaman uang dengan bunga. Aristoteles dalam karyanya politics telah mengecam sistem bunga yang berkembang pada masa Yunani kuno. Dengan mengandalkan pemikiran rasional filosofis, tanpa bimbingan wahyu, ia menilai bahwa sistem bunga merupakan sistem yang tidak adil. Menurutnya uang bukan seperti ayam yang bisa bertelur. Sekeping mata uang tidak bisa beranak kepingan uang yang lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa meminjamkan uang dengan bunga adalah sesuatu yang rendah derajatnya.


Sementara itu, Plato (427-345 SM), dalam bukunya LAWS , juga mengutuk bunga dan memandangnya sebagai praktik yang dzholim. Menurut Plato, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, pengukuran nilai dan penimbunan kekayaan. Uang sendiri menurutnya bersifat mandul (tidak bisa beranak dengan sendirinya). Uang baru bisa bertambah kalau ada aktivitas bisnis riel. Dua filosof Yunani yang paling terkemuka itu dipandang cukup representatif untuk mewakili pandangan filosof Yunani tentang bunga".

MENGAPA HARUS BERUSAHA JIKA SEMUA SUDAH DITETAPKAN ALLAH?

Minggu, 28 Desember 2014

"...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih". (Qs. Saba: 13).


Mungkin kita pernah berkata atau mendengar perkataan berikut ini:


"Mengapa harus bekerja, toh Allah sudah tentukan rezeki kita. Kalau emang ditakdirin kaya, kita tiduran di rumah aja bakal kaya kok".


Duh, ini cara pandang yang keliru. Cobalah baca kalimat berikut ini perlahan:


"Yang datang belakangan tidak akan menjadi sebab bagi yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Apa yang telah ditetapkan pada zaman azali: jodoh, usia dan rezeki sebelum adanya permintaan dan amalan, jadi tdk akan diubah dengan permintaan dan amalan".


Silahkan dibaca ulang perlahan sekali atau dua kali lagi.


Jika demikian, mengapa kita harus bekerja untuk mencari rezeki?


Saya kira, pertanyaan semcam ini memiliki subtansi yang sama ketika Rasul saw ditanya oleh sang istri ra:


"Wahai Rasul saw, mengapa engkau beribadah seperti ini (hingga kaki beliau bengkak).? Bukankah Allah sudah menjamin engkau akan masuk surga?".


Lihatlah apa jawaban baginda saw:


"Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?".


Cara pandang ini adalah cara pandang yang derajatnya paling tinggi: syukur.


Untuk mempertebal, saya kutip lagi QS. Saba ayat 13: "...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih..".


Setidaknya ada 3 cara pandang (perspektif) dalam beribadah atau bekerja sebagaimana dalam syarah hadits arbai'in annawawi yang pertama:


1. Syukur
2. Harap
3. Takut


Kita terjemahin satu-satu ya :)

Pertama, Syukur.


Allah sudah beri kita beragam nikmat, maka kita bersyukur dengan cara sholat dan beribadah kepadanya.


Allah sudah beri kita potensi untuk bekerja da menghasilkan karya yang bermanfaat, Allah kasih kita akal, tangan, kaki, dan banyak lagi, karena itu kita bersyukur dengan cara menggunakan semua pemberian tersebut untuk berkarya, bekerja dan kebermanfaatan.


Kedua, Harap.


Allah sudah menjanjikan surga bagi orang yang beramal sholih. Maka sebagia orang sholat dan beribadah lainnya karena berharap kelak di akhirat dimasukkan ke dalam surga.


Allah kasih kita potensi dan kemampuan untuk bekerja dan berkarya. Dan kita pun bekerja dan berusaha karena kita berharap kita dapat keuntungan dari usaha tersebut.


Ketiga, Takut.

Allah telah menjanjikan kita neraka jika tidak taat. Maka kita pun beribadah karena takut kelak diakhirat dimasukkan ke dalam neraka.


Allah beri kita potensi. Tapi karena takut miskin, kita mrnggunakan potensi tersebut untuk bekerja dan berkarya.


Lalu, pertanyaan berikutnya adalah:


"Jika amalan kita tidak menjadi sebab atas apa yang Allah tetapkan pda zaman azali terdahulu, mengapa Allah menyuuh kita beramal dan mengapa Allah katakan bahwa setiap amalan ada balasannya?".


Baik, kita coba jawab pelan-pelan ya.


Dala Al-quran banyak sekali ayat yang menyandingkan kata "amal sholih" dengan "surga" dan "maksiat" dengan "neraka". Mengapa demikian?


Ini menunjukkan amalan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ketetapan Allah. Amal sholih sangat dekat dengan surga, maksiat sangat dekat dengan neraka.


So?


Tugas kita adalah memastikan diri setiap saat untuk dekat dengan surga dengan senantiasa beramal sholih.


Untuk mempertebal tulisan saya ini, ada 2 alasan mengapa kita harus bekerja meski Allah sudah membuat ketetapan sebelum kita bekerja:



1. Untuk bersyukur atas semua yang Allah beri untuk kita
2. Memastikam diri selalu dekat dengan surga dengan cara senantiasa beramal sholih/ bekerja dengan dan mengerjakan kebaikan.


Wallahua'lam.

Sampai Kapan Aku Mecintai Dunia?

Sabtu, 27 Desember 2014

Setiap detik aku hrs pastikan bhw aku TIDAK SEDANG MENGEJAR DUNIA!


meski tepuk tangan, popularitas, harta, wanita, dan lainnya seringkali 'membengkokkan' NIAT ini!


Jika pun aku harus bekerja mencari harta, itu karena perintah Tuhanku yg menyuruhku melakukan ikhtiar untk kemaslahatanku. Tidak untuk menjadikan harta sbg tujuan hidupku, apalagi untuk mencintainya.


Sebab para guru dan sahabatku menasihatiku bahwa setiap pecinta akan merasakan sakit yang amat dalam saat berpisah dengan yang dicintainya.


Sedangkan, perpisahanku dengan harta yang setiap saat kukejar, kudamba, kucari, dan mengisi ruang berfikirku adalah KEPASTIAN yg tdk dibantah oleh ilmu dan agama mana pun.


Perpisahan  itu yg kukenal dengan KEMATIAN.


jika setiap saat aku berusaha mencintai harta yang pasti aku berpisah darinya, bukankah itu berarti aku sedang MENGOLEKSI RASA SAKIT untuk nanti aku rasakan saat SAKARATUL MAUT/ berpisah?


"Dunia tidak lebih dari ghuurur"


Para guruku menjelaskanku tentang ghurur/gharar, bahwa itu adalah yang luarnya terlihat indah sehingga menipu, padahal dalamnya busuk.


Orang yg memiliki dunia dan tahu hakikat dunia, maka mana mungkin ia mencintai dunia?


Sementara aku? Hingga kini hatiku dipenuhi dunia. Ruang fikirku setiaps aat dihinggapi kecintaan pada dunia.


Astagfirullah..

SEMUA AGAMA SEPAKAT RIBA HARAM

Jumat, 26 Desember 2014

Tidak ada agama yang menghalalkan RIBA! Bacalah Alquran, Talmud, Exodus, Deutronomy, Levicitus dan kitab Perjanjian Lama, tak ada satu pun yang membolehkanya. Lantas Riba ajaran siapa? Mengapa kini dia menjadi primadona? Kita bawa setiap saat di dompet-dompet kita. Apa kita tidak jijik?


Jangan sampe kita nyaman dengan RIBA DAN BUNGA. Sebab dosanya sama dengan 36 kali BERZINA!


bukankah aristoteles dan plato sekali pun tidak menghendaki adanya riba.


bukankah orang-orang yahudi sekali pun dilarang mempraktekkan pengambilan bunga dalam undang-undang talmud dan bahkan kitab suci perjanjian lama.


bukankah dalam kitab exodus, kitab deuteronomy dan kitab levicitus bunga itu dilarang dengan kerasnya.


bukankah dalam perjanjian baru injil lukas ayat 34 dikatakan dengan tegasnya:


“jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu harapkan imbalannya, maka di mana sebenarnya kehormatanmu?”


lalu.. bagaiaman dengan kita sebagai muslim?


lupakah kita bahwa alhakim penah meriwayatakan:


“riba itu ada 73 tingkatan. yang paling ringan daripadanya adalah seumpama seseorang menzinai ibunya sendiri”


begitu juga dengan atthabrani:


“satu dirham dari riba yang diambil seseorang, lebih besar dosanya di sisi allah dari 33 kali berzina dalam agama islam”


begitu juga dengan imam muslim dalam sahihnya:


“rasulullah saw melaknat pemakan riba, orang yang membayarnya, juru tulisnya, dan saksi-saksinya. dia bersabda, ”mereka semua sama!”.


tiba-tiba aku menangisi indonesia..


tepat ketika mataku tertuju pada sebuah paragrap yang diriwayatkan alhakim:


“apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sesunggguhnya mereka telah menghalalkan azab allah diturunkan kepada mereka”


lalu, siapakah sebenarnya yang kita ikuti?


pernahkah kita mencoba tahu tentang ajaran siapa yang kita junjung tinggi ini?


masihkah dengan nada sinis kita berkata:


“bank syariah itu sama saja, tidak ada bedanya dengan bunga!”


dan


masihkah kita dengan bangga mengoleksi sejumlah rekening yang di dalamnya beranak-pinak bunga dan riba.


dan aku tak sanggup lagi melanjutkan ini, setelah mendengar guruku dengan suara tertahan berkata:


“nak, ternyata kita lebih jijik dengan babi yang kandangnya entah dimana disbanding riba yang sehari-hari kita memakannya”.


Jika terpaksa menggunakan rekening konvensional untuk urusan bisnis, maka jadikanlah ia sebagai hanya tempat singgah, bukan tempat tinggal. Jika transfer sudah masuk, segeralah re-transfer ke Rek. Syariah. Jangan sampai kita, anak kita dan keluarga kita besarkan dan nafkahi dari harta yang bercampur riba dan bunga.


BERKAH ADALAH KEUNTUNGAN YANG BERLIPAT-LIPAT. InsyaAllah, saatnya kita HIJRAH!


Jika anda peduli Syariah, silahkan Like&Share risalah ini

Do'a dan Hujan




menikmati secangkir kopi bersama hujan pagi ini. kupandangi lamat-lamat setiap butiran air keberkahan. di sana ada kesejukan. di sana ada kerinduan. seperti ada sesuatu yang berkelindan di dalam hatiku. aku tidak menduga apa pun tentangmu pagi ini. tapi aku berharap kita sedang menikmati senandung do'a yang sama, yang satu. tentang rasa yang suatu hari nanti pasti akan kita semai. di bawah hujan, rasa kita bermetamorfosis dalam dzikir dan munajad paling syahdu. dan hujan rampung bersama berjuta harap tentang masa masa depan. baiklah, apa pun rasa ini, akan kusimpan rapi untukmu seorang : do'a dan hujan.

Irwan Kelana: Kesadaran Lembaga Keuangan Syariah Bersosialisasi Masih Rendah

Rabu, 24 Desember 2014



Irwan Kelana: Kesadaran Lembaga Keuangan Syariah Bersosialisasi Masih Rendah
Multazam Zakaria, Ketua Umum Islamic Economics Forum SEBI

Berdasarkan data dari Otoroitas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2014 jumlah Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak  12; Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22; dan BPRS sebanyak 163. Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, hanya beberapa saja yang aktif bersosialisasi melalui media. Tentu saja ini akan berimbas kepada rendahnya pengetahuan masyarakat tentang indusri keuangan syariah. 

Perbankan Syariah di Indonesia Kehilangan Keberkahan?



Perbankan Syariah di Indonesia Kehilangan Keberkahan?
Multazam Zakaria, Ketua Umum Islamic Economics Forum SEBI

Tahun 2014 menjadi tahun yang cukup memilukan bagi industri keuangan syariah khususnya perbankan syariah. Jika dilihat dari beberapa indikator, dapat kita simpulkan bahwa perbankan syariah selama tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup memprihatinkan. 

Menyendirilah dalam Gelap

Selasa, 23 Desember 2014


Ada masa dimana engkau sendiri bingung dengan dirimu sendiri. 


Ada masa dimana engkau sendiri tidak mengenal dirimu sendiri. 


Ada masa dimana engkau tidak tahu harus mendengar apa dan siapa. 


Mengapa demikian bisa terjadi?


Engkau bingung dengan dirimu, karena engkau selalu mengabaikan dirimu yang 'sebenarnya' dan jarang mengajaknya bicara. 


Terlalu besarnya hasratmu terhadap dunia dan selainmu menyebabkan engkau melupakan dirimu. Kau terfokus melihat yang di luar dirimu lalu mengacuhkan yang di 'dalam' dirimu. 


Segalanya yang dari dunia memenuhi ruang fikir dan ruang pandangmu. Sehingga tidak ada lagi ruang untuk berfikir tentang dirimu yang 'sebenarnya' dan untuk memandang dan mengenal siapa dirimu. 


Karena itu, cobalah sesekali engkau menyendiri dalam gelap. 


Dengan begitu, matamu tidak akan menyaksikan dunia lagi. 


Dengan begitu, mata batinmu akan sedikit terbantu untuk melihat dirimu dalam arti yang sebenar. 


Sesekali, menyendirilah dalam gelap dan lupakan semua hasrat duniamu. 


Lupakan semua semua keinginanmu atas segala kesemuan yang kau angan-angankan. 


Sekarang, engkau hanya dalam kegelapan. 


Dalam kegelapan, bukankah kau melihat dirimu dengan sangat lebih jelas? 


Dalam terang, bukankah sebelumnya kau rabun dengan dirimu sendiri: hiperopia. 


Ada baiknya, mulai saat ini kita belajar mencintai 'kegelapan'. Karena bisa jadi, ISTIGFAR para pendosa jauh lebih hebat dari amalan yang kita banggakan. 


Sudah saatnya kita untuk belajar memandang tidak dengan sebelah mata. 


Sesekali, menyendirilah dalam gelap. 


Lalu tutuplah telingamu, agar tak kaudengar lagi apa pun dunia dan hasrat kesemuanmu. 


Sehingga, hanya bahasa hatimu yang kaudengar sekarang.


Dengarlah, dan bercakaplah dengan hatimu sendiri. 


Lupakan semua goadaan hasratmu. 


Lihatlah, betapa hatimu sendiri amat rindu kausapa.


Lihatlah, bukankah dalam 'ketulian' justru engkau dengan sangat jelas mendengar apa yang hatimu katakan? 


Sesekali, 


Menyendirilah dalam gelap,


Tutuplah telingamu,


Dan rasakan kelezatan bercengkrama dengan dirimu sendiri,


Dengan Tuhanmu. 

Ketika Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari Dibenci Santrinya

Sabtu, 20 Desember 2014

Bismillah.. assalamu'alaiku wr wb. Semoga sehat semua pars pengunjung blog yg sederhana ini. :)

Hehe.. sepertinya melihat secara 'parsial' kadang2 mmbuat diri kita mnjdi musuh bgi diri kita sendiri. Musuh kita bkn orang lain, yg mmbuat kita terikat dan terpenjara bukan orang, diri kita sendiri.

Aku tak bermaksud membela siapa pun, tpi yg kusampaikan adalah input yg kudapatkan. Dan,, sy jg akan sangat memaklumi siapa pun dg beragam perbedaan sikap dan pandangan.

Aku jadi teringat dg Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari. Beliau punya murid kesayangan. Beliau yg merawat sejay kecil, mendidik, hingga menikahkannya. Namun suatu saat, sang murid kesayangan marah, tidak setuju dg sikap hadratusyeikh, akhirnya sang murid beranggapan bahwa hadratusyeikh tdk cocok mnjdi pemimpinnya, sehingga sang murid pergi dan meninggalkan beliau.

Mengapa?  Karena dalam kejelasan kdang ada ketidakjelasan. Apa yg diketahui hadratussyeikh tdk smua dpt diceritakan kpd muridnya. Akibat ketidaktahuan itulah sang murid mengagap hadratssyeikh telah berubah.

Dan suatu saat, sang murid menyesal bukan main. Surban hdratusyeikh dicium sambil menangis tnp sepengathuan hadratussyikh.

Lalu siapa sebenrnya yg mnjdi musuh sang murid?

Apakah hadratussyeikh?
Ataukah ketidaktahuan sng murid itu sendiri?

Wajar jika ada peribahasa berkata: annasu a'daun ma jahilu (manusia itu musuh ats yg tdk diketahuinya, maka berhati2lah).

Uhibbukum Fillah..

Bertubuh Pendek? Berbahagialah!

Rabu, 17 Desember 2014

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah.. seger nih pagi-pagi update blog. Sambil minum teh anget dan makan biskuit. Hihi.

Oya, pagi ini mau nulis tentang orang pendek. Hmm.. untuk siapa pembaca yang bertubuh pendek (termasuk saya.. wkwk), sikap pertama yang harus kita miliki adalah bersyukur. Kenapa bersyukur? Karena kalau ga bersyukur  maka kita ga akan bahagia. Jadi, kalau mau bahagia, bersyukurlah, meski tubuhmu pendek. (Santai brosis, ini pengantar,, wkwk :D )

Hmm.. sebenernya kita gaharus minder jika bertubuh pendek, karena penilaian orang sebenernya itu ada pada kualitas diri kita. Kalau kita berkualitas, punya kompetensi, siapa pun akan respect sama kita, insyaAllah. Jadi, tips kedua jadi orang pendek adalah tingkatkan kualitas/kompetensi diri.

Gapunya banyak bekel sebenernya pagi ini buat nulis tentang orang pendek. Hehe. Karena itu cukup sekian ya., hehe.

Eiiits,, sebelum itu ada yang mau saya ceritakan. Ini pengalaman pribadi, eaa :D

Dalam sebuah pelatihan yang dinarasumberi oleh salah seorang peneliti dari UIN SH Jakarta, beliau mengungkapkan sesuatu yang saya tidak tahu maksud beliau yang sebenarnya; apakah sekedar guyon atau serius. Hehe.

Beliau adalah salah seorang peniliti dengan jam terbang yang cukup waw, sejumlah paper beliau tembus di sejumlah jurnal internasional. Tapi ada satu hal yang mengganjal, sampai sekrang belia tak kunjung bergelar doktor padahal sudah cukup lama mrnamatkan magisternya.

"Apa karena saya berbadan tinggi dan besar?", tanya retorik beliau disambut gelak tawa dari peserta pelatihan.

Beliau melanjutkan:

"Saya heran, profesor-profesor di UIN itu rata-rata orangnya pendek-pendek, termasuk Prof. Komar (Rektor). Apa iya orang pendek itu punya tingkat kejeniusan yang lebih dari orang yang bertubuh tinggi?", tanyanya dan sontak disambut kehebohan para peserta.

Hihi..

Gimana ceritanya?

Udah pada semangat belum nih orang-orang pendek?

Harus dong, harus semangat, tetap semangat dan selalu semangat!

Okey, udah dulu ya. Mau ngabisin teh dulu, keburu dingin. Hihi

Wallahua'lam. Wassalamu'alaikum wr wb.

Keromantisan Hadratussyeikh Hasyim Asy'ary

Selasa, 16 Desember 2014

Bismillah. Alhamdulillah sejak semalam saya berkesempatan menghayati film Sang Kiai yang bercerita tentang perjuangan Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari, Pendiir Nahdhatul 'Ulama.

Bukan hanya perjuangan belia dalam mengajarkan agama Islam, tapi juga dalam mengikhtiarkan kemerdekaan Indonesia.

dari sejumlah hikmah yang saya dapatkan, salah satunya adalah saya menmukan sosok Hadratusyeikh yang Romantis sebagaimana 'khas' para Imam Tasawwuf saat berbicara.

"aku tidak dapat pergi berperang, paling tidak aku bisa mendoakan para syuhada dan santri dari sini", ucap beliau setalah sambil duduk di kursi setelah beliau hampir terjatuh.

"bapak, apakah aku ada dalam doa bapak? ataukah hanya para syuhada dan santri dalam doa bapak?", tanya sang istri tiba-tiba.

"saat aku meminta agar Allah melindungiku dari api neraka, saat itulah kamu ada dalam doaku, karena kamu adalah bagian dariku".

Allahu.. tergambar sekali betapa Hadratussyeikh merasakan betapa bersatunya jiwa beliau dengan jiwa sang istri tercinta.

Allahummarhum..

Tiba-tiba Aku Merindukan Hadratussyeikh Hasyim As'ary

Bismillah. Alhamdulillah, sejak semalam saya berkesempatan untuk menghayati film Sang Kiai yang menceritakan tentang perjuangan Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdhatul 'Ulama.

Saya tidak terlalu tahu dengan NU masa kini, tapi saya sedikit tidak menjadi tahu nafas perjuangan NU. tidak hanya dalam pengajaran agama Islam tpi juga dalam merebut kemerdekaan NKRI.

Rasa-rasanya terlalu cengeng jika sekrang kita terlalu mengeluhkan banyak hal, sejumlah rintangan yang sebenarnya kita mampu untuk menyelesaikannya.

Hadratussyeikh mengalami jauh dqn sangat jauh lebih dahsyat dari sekedar yang kita alami sekarang. Tidak layak untuk dibandingkan, sangat tidak layak.

Hadratussyeikh dipenjara, disiksa, jari-jari tangan beliau dipukul-pukuli, kaki beliau ditendang, diseret, dan lainnya. Belum lagi beliau memikirkan strategi perlawanan tehadao penjajah sampai pada resolusi jihad.

Allah.. rahmatilah beliau selalu. Surga jualah tempat kembali beliau.

dan air mataku tak dapat tertahan, saat harus menyaksikan beliau menghadap Tuhan.

Kami merindukanmu hadratussyeikh,, meski kami tak pernah bertemu denganmu. adakah Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari masa kini?

segera utus beliau lagi ke hadapan kami, Allah..

Logo IsEF SEBI, Lambang Yahudi dan Pemuja Setan?

Senin, 15 Desember 2014



Logo IsEF SEBI, Lambang Yahudi dan Pemuja Setan?
Multazam Zakaria, Ketua Umum Islamic Economics Forum (IsEF) STEI SEBI

Bismillahirrahmanirrahim. Sebenarnya saya tidak ada niatan sebelumnya untuk menulis tentang ini, apalagi dengan judul se- ‘serem’ ini. Hehe. 

Pertama, saya ingin sampaikan bahwa sebenarnya saya tidak memiliki kelayakan untuk membahas judul diatas. Ini sangat berat, apalagi kalau bicara tentang lambing-lambang dan pemaknaanya. Saya bisa katakana: “Wilayah pembahasan tentang ini adalah wilayah yang di dalamnya WAJIB ada perbedaan pendapat”. 

Kedua, jika dalam tulisan kali ini banyak terdapat kekeliruan yang para pembaca temukan, terutama para pembaca yang berasal dari kalangan pakar atau pengamat sejarah dan lambing-lambang, atau bahkan dari teman-teman da’I yang mungkin berbeda pendapat dengan saya, saya sampaikan mohon maaf dan silahkan beri koreksi atas tulisan ini. 

FITNAH TERBESAR BAGI LAKI-LAKI

Minggu, 14 Desember 2014


seorang sahabat seperjuangan mengungkapkan keresahannya tentang suatu hal:

"duhai sahabat, sungguh aku gelisah. aku telah jatuh cinta pada seorang wanita. aku tak bisa menahan rasa ini, ingin segera kuungkapkan padanya. meski aku tak bermaksud menjalin hubungan lebih lanjut. bagaimana pendapatmu tentang ini?"

Kartu Kredit Syariah, Syariahkah?


Kartu Kredit Syariah, Syariahkah?
Multazam Zakaria, Ketua Umum Islamic Economics Forum SEBI

Kartu Kredit Syariah, atau sering disebut juga dengan syariah card tentu saja berbeda dengan kartu kredit konvensional. Dimana kartu kredit konvensional menjadikan bungan sebagai sumber utama keuntungan, sedankan syariah card terbebas dari bunga. 

Hakikat Qurban

Jumat, 03 Oktober 2014

QURBAN
----------

seorang teman duduk dalam suatu majlis bertanya tentang qurban.

"duahi sahabat seperjuangan, terangkan kami tentang idul qurban".

duhai sahabat..
Qurban diperakarsai oleh seorang Ayah bernama Ibrahim as ketika mendapat perintah untuk menyembelih anaknya Ismail as. oleh sebab kepatuhannya ibrahim mendapat gelar KHOLILURRAHMAN/Teman Dekat Allah.

Kurban adalah kosa kata bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa arab yaitu Qurbah yang berarti dekat. dalam bahasa indonesia juga digunakan istilah "Karib" yang artinya teman dekat. Jadi, untuk dapat mencapai kedekatan (qurbah) atau menjadi teman dekat Allah (khalilurrahman) maka dibutuhkan pengorbanan. dalam bahasa arab, pengorbanan semakna dengan kosa kata "tadhiyyah/adha". maka idul adha kita kenal juga dengan idul qurban.

"apa yang harus dikurbankan?", lanjutnya bertanya.

duhai jiwa penasaran..
ketahuilah, saat Ibrahim hendak menyembelih anaknya maka Tuhan memberi perintah agar digantikan dengan seekor domba/hewan.

secara lahiriah, qurban dilambangkan dengan hewan (domba, sapi, dan sejenisnya).

tapi ketahuilah olehmu, hakikat qurban adalah untuk mencapai kedekatan dengan Allah. dan untuk meraih itu maka seorang hamba harus menyembelih hingga mati "SIFAT HEWANI/NAFSU" yang ada dalam dirinya. itulah hakikat qurban yang sejati.

Pelangi

Jumat, 26 September 2014

seorang puteri sambil menangis bertanya:

"mengapa hidupku ini dipenuhi ujian selalu? dan harapanku pada Tuhan tak kunjung terkabulkan?".

duhai puteri kerajaan! ketahuilah bahwa pelangi ada setelah hujan dan petir.

sebagaimana orang mengeluhkan hujan petir tapi menyanjung-nyanjung pelangi, begitulah ujian dikeluhkan padahal setelahnya ada pelangi kehidupan yang menawan.

duhai puteri, sebagaimana setelah hujan menyuburkan tumbuhan, begitulah ujian menyuburkan iman.

lihatlah Ibrahim as, diperintah menyembelih puteranya sendiri dari Hajar ra; dibakar hidup-hidup karena menentang sang raja zhalim. sebesar itukah ujianmu duhai puteri? bila ditimpakan padamu, sanggupkah?

namun jangan salah duga, sebagaimana hujan menyuburkan tanaman dan menumbuhkan tunas-tunas baru, Ibrahim as pun telah Allah suburkan menjadi Nabi dan Ayah para nabi. 

lihatlah Zakaria as, sejak muda meminta anak pada Tuhan. hingga tua, tulang lemah dan rambut memutih, hajatnya belum juga tercapai. akhirnya, sebagaimana pelangi muncul setelah lebatnya hujan, Yahya as hadir sebagai pelangi istimewa setelah beratnya penantian.

o jiwa yang gundah gulana...

yakinlah, Tuhan tak akan ingkar dengan janji-Nya.

SINOPSIS EUFONI CINTA

Minggu, 08 Juni 2014

SINOPSIS BUKU EUFONI CINTA

Judul: Eufoni Cinta
Penulis: Multazam Zakaria
Penerbit: Mujahid Press
Halaman: ix + 153
Ukuran: 14 cm x 10 cm
Harga: Rp. 20.000

Bening, embun hinggap di antara daun dan nurani. Aku bercermin, nampak wajah di antara ada dan tiada. Aku melihat ke belakang, kosong. Hingga kapan pun, aku tak dapat berkompromi dengan waktu. Peron lengang, lokomotif terlanjur melaju kencang. Semoga akan ada cerita indah di sebuah titik pertemuan. Dan aku kembali, sendiri, sunyi, tenang dan bahagia. (Eufoni Cinta)

Eufoni Cinta awalnya hanya kumpulan catatan dalam perjalanan rasa, sebagaimana ditulis Multazam Zakaria dalam pengantarnya. Ia berusaha memasuki segala ruang kehidupan, memberikan pemaknaan. Karena memang cinta tidak memiliki batasan waktu dan ruang, ia mampu singgah kapan dan dimana pun ia berkehendak.

Karenanya, beragam kesan tentang buku yang mungil ini: persahabatan, percintaan, motivasi hingga syair dan puisi. Berikut adalah beberapa kesan sejumlah orang yang telah membacanya:

“Ketika membacanya,  rasanya saya seperti sedang mengarungi sungai yang jernih airnya dengan rakit, asyik berkelak kelok lewati kebun penuh bunga permai, dan sesampai di muara kutemukan mutiara hikmah yang bening berkilau dan penuh keindahan. Layak dijadikan mahkota raja-raja.
Selamat putraku , puisi-puisimu adalah ilham dari alam surgawi untuk pencerahan dan kepuasan setiap jiwa yang dahaga”. (Syeikh Dr. Dhiyauddin Hafizahullah)

“Saya sudah membaca karya yang membuat saya tidak bisa beranjak untuk meninggalkannya sejenak, meski selembar pun. Lembaran demi lembarannya seakan berdialog dengan hati saya. Indah. Benar-benar mengisi ruang kehidupan yang selama ini penuh dengan gelisah. Terima kasih sudah menghadirkan karya yang banyak manfaatnya ini”. (WULAN, Mahasiswi Akhir Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya)

“Cerdas, menyentuh, dan ilahi banget tapi tetap romantis. Salut sekali penulis semuda Azzam bisa sangat dewasa dalam menyampaikan pesan-pesan kebenaran yang dikemas indah. Saya tenggelam dalam kesadaran yang saya tulus menerimanya”. (Taufik Akbar, Ketua Islamic Economics Forum SEBI)

“Penulis cerdas. Di setiap judulnya mampu membuat saya seolah-olah mengeja diri saya sendiri.  Hanyut terpukau saat membacanya”.
(Rahmi SM, Owner #airkangenjkt)

“Karya yang tak main-main! Setiap kalimat yang hadir dalam #EufoniCinta; rasanya tak seperti sedang membaca naskah. Bayangan para tokoh turut hadir menyelinap pada hipnotis diri. Setiap kalimat satu dengan yang lainnya tak menjadikan kita seperti sedang didikte; larut bersama kekhusyuan. Recomended!”.
(Fitri Herni Anggraini, Penulis Buku-buku Antologi)

“Mengalir, menerka dan terhanyut. Seperti sedang memutar film pendek. Such a precious masterpiece! Kata yang pantas untuk karya ini, dilihat dari penggambaran cerita dan pemberian nasihat sekaligus. Satu paket pengingat yang sederhana dan indah”. (Athifah)

“Tentang sebuah kisah perjalanan hati, jiwa dan raga. Begitu menginspirasi bagi pembacanya. Iya, inilah isyarat hati yang begitu mendalam”. (Afifah Kamila)

“Penulis yang luar biasa. Setiap kata demi kata saya merasakan kelezatan iman yang luar biasa, selalu mengahdirkan Sang Ilahi di setiap tulisannya. Saya hanyut terpukau dibawanya berlabuh ke singgasana-Nya. Buku ini wajib dibaca oleh siapa pun yang merindukan keindahan dan keromantisan cinta dari Sang Pemilik Segalanya. Selamat Sahabat, kautelah berhasil menghipnotis jiwa-jiwa dahaga dengan pesan-pesan kebenaran yang kaukemas sangat indah”. (Sheeni Nuryani)

“Keren! Tulisan yang ringan tapi sangat mengena.
Banyak pesan yang terselip tanpa disadari”. (Nurindah)

“Sebuah karya yang memukau pembaca dalam memaknai sebuah persahabatan, disampaikan dengan gaya bahasa yang indah. Bangga menjadi sahabat penulis”. (Siti Nuraini Wahdah)

“Penulis Muda yang berbakat, dengan gaya bahasa yang memikat, penulis mengajak kita mengenal ‘who am I?’ dan memahami makna persahabatan. Membaca buku ini menyadarkan kita betapa pentingnya menyelami diri sendiri”. (Mulyadi)

“Tiap bait yang dirangkai penulis selalu mampu menyulam sesimpul senyum”.
(Syafa Atul Udzmah, Komikus)

Saat anda merasa jenuh dengan rutinitas kerja, merasa jengkel dengan teman, merasa disudutkan, merasa serba salah, merasa kering kerontang, merasakan jiwa yang haus, atau hati anda sedang berbunga-bunga karena cinta, semoga buku kecil ini menjadi teman yang baik bagi anda untuk melampiaskan sejenak rasa-rasa itu.

Selain itu, seluruh royalti dari penjualan Buku Eufoni Cinta dipergunakan untuk pembangunan Pusat Pembibitan Penghafal dan Pemangku Al-Qur’an Al-Madani Lombok Timur-NTB. Sehingga, Buku Eufoni Cinta diharapkan dapat menjadi amal jariah yang tak terputus pahalanya bagi penulis, pembeli, donatur dan siapa saja yang terlibat dalam proyek kemanusiaan ini.

*SHARE INFO TENTANG BUKU EUFONI CINTA INI, SEMOGA JUGA MENJADI AMAL JARIAH BAGI ANDA.

BAGAIMANA MERAIH CINTA SEJATI?

Sabtu, 10 Mei 2014



Kepada Guru yang Mulia Syeikh Dr. Dhiyauddin Hafizahullah, aku meminta arahan:

"Wahai Guru, bimbinglah aku untuk dapati dan rasakan cinta sejati itu. Aku takut kehilangan arah, arahkanlah kami sebagaimana DIA telah mengarahkanmu".

Guru yang mulai menanggapi kehausan:

"Semoga ALLAH selali memberkahimu,

Sebagaimana telah saya jelaskan bahwa CINTA SEJATI adlah buah ma'tifat.

Ma'rifat bisa dicapai hanya jika hati memperoleh NUR MUHMADIYAH

Warna apa pun itu

Jumat, 09 Mei 2014



Orange, ungu, hijau, kuning, pink, merah, abu-abu, hitam, putih dan warna apa pun pada akhirnya hanya akan mewakili pelbagai rasa yang hadir di antara kita. Tidak ada yang keliru dengan warna-warna itu, hanya saja kita yang sering kali menyalahkan kegelapan. Ada apa dengan hitam? Mengapa seakan-akan putih dan kuning itu melambangkan cahaya kecemerlangan? Apakah itu warna kebaikan? Kebaikan ada dalam segala warna, meski kita tidak dapat mengindranya. Hanya mereka yang mengerti, ingin mengerti dan belajar mengerti yang tidak akan mencela warna apa pun dari setiap kejadian dalam hidup dan kehidupan. Dan akhirnya, kita tidak memiliki cukup bekal untuk menilai apa pun selain mencintai semua warna-warni yang sengaja atau tidak singgah dalam lempengan takdir siapa pun. 
Tempat: Dangau Auliya, Bogor- Jawa Barat

Guru Ruhani dan Tentang Kematian

Selasa, 06 Mei 2014

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, banyak agenda kerja dapat terselesaikan hari ini. Menjelang malam, lelah mulai terasa. Tapi semua itu sirna berkat siraman penyejuk Sang Guru Ruhani yang Mulia.

Siapa Guru Ruhani itu? Iyalah Syeikh Dr. Dhiyauddin. Seorang Guru Tasawwuf yang lembut hatinya dan mulia akhlaknya, ialah titisan dari pada Sunan Giri.

Sejak kapan saya mengenal beliau? Sekitar tiga tahun lalu beliau berkunjung ke Lombok bersama Syeikh Rohimuddin Annawawi. Memberikan ceramah dan penyejuk jiwa. Setelah itu, jarang sekali mendengar kabar tentang beliau. Hingga akhirnya beberapa bulan yg lalu saya berteman dg akun faceboook beliau g nama Emdeka Saka Guru.

Setiap status facebook beliau sarat dengan makna dan kesejukan. Saya sering meminta pendapat dan pencerahan kepada beliau melalui inbox fb. dan pada sejumlah status terjadi percakapan bersama beliau.

Malam ini, saya menulis status yang juga saya BC kepada sejumlah kontak whatsapp saya. Di facebook, saya tag beliau dan sejumlah sahabat. hingga terjadilah percakapan sebagai berikut:

Status saya: Senja telah rampung. Adakah egoisme masih kita rawat? Setelah matahari memainkan pentas ke-fana-an. Bahwa semua akan tenggelam. Semua akan hilang. Semua akan lenyap. Semua akan berakhir. Mati, kepastian paling misterius itu harusnya membuat kita selalu terjaga. Di atas langit, masih ada langit. Masih adakah yang layak untuk kita sombongkan? Sahabat, bila malam ini ada yang ingin kau catatkan : kuburan itu hanya seluas badan.

KOMENTAR

Emdeka Saka Guru: Saking besarnya anugerah di balik kematian,maka ia di sembunyikan di balik peti ketakutan

Multazam Zakaria: ayahanda Syeikh Emdeka Saka Guru, bimbinglah kami untuk belajar ttg kematian. sungguh, kami belum punya pemahaman.

Emdeka Saka Guru: Yang di dambakan tersembunyi di balik yg tdk disukai, contoh sehat tersembunyi di balik obat yg tdk disukai, begitu jg syurga tersembunyi di balik kematian yg di benci

Multazam Zakaria:  Allaah.. Allah.. Allah.. (saya tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi)

Emdeka Saka Guru: Kita harus banyak beramal sholeh u menghadapi kematian, tp jangan bergantung padanya,krn setiap kebergantungan pada selainNYA adalah syirik termasuk bergantung pada amal.Lalu bagaimana?

ALLAH tlh memberi petunjuk dlm ayatNYA " Hai orang 2 beriman bertaqwalah pada ALLAH dg sebenar2 taqwa dan jangalah kamu mati kecuai dlm keadaan BERSERAH DIRI/ taslim(qs 3 ; 102 )

Banyak orang kl di tanya belum siap mati krn merasa belum punya banyak amal,berarti dia bergantung pada amal

Ketahuilah berserah diri/ taslim itu adalah induk segala amal(ummul ibadah), sholat, puasa zakat haji dll amal dhohir itu semua hanyalah serpihan atau derivat saja dari TASLIM 

Maka seorang yg tlh berhasil mencapai maqom taslim/ keberserah dirian secara total pada ALLAH berarti ia tlh lulus sbg hamba ALLAH dan tlh siap di panggil dg panggilan ' irji'ii ila robbiki rodhiyatan mardhiyah fadzhuli fi IBADY fadzhuli JANNATY

Multazam Zakaria: allahu akbar.. aduhai bahagianya diriku Allah takdirkan mendapat bimbingam dari ayahanda Emdeka Saka Guru. sirna segala haus, lenyap segala lelah. semoga Allah panjangkan umur ayahanda, dan Allah sehatkan selalu.. 

saaalam 'alaika ya sayyidii..

Emdeka Saka Guru: Alaikaasalam wr wb.Berkah berkah berkah smg sll meliputimu dan keluargamu.

Demikian percakapan saya malam ini dengn Guru ruhani tentang kematian. Sengaja saya share dengan harapan juga bisa menajdi bimbingan dan penyejuk bagi sahabat yang membacanya.

Depok, 6 Mei 2014
Multazam Zakaria

Tidak Ada Alasan untuk Menolakmu

Minggu, 04 Mei 2014



Tidak ada alasan untuk menolakmu


Aku tidak lagi punya alasan apa pun untuk menolakmu. Engkau terlanjur hadir di sini. Di ruang ketulusan. Egoisme dan kesombongan kaulebur dalam wirid-wirid sunyimu. Malam ini, kita gelar lagi sajadah. Semoga gelap hadiahkan keinsyafan paling mungkin untuk kita. Tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan, setelah kau benar-benar utuh menemaniku menghabiskan malam. Aku semakin tertantang, bersamamu mengabadi. Semoga Allah ridho.


Persahabatan persis sama dengan tiga garis yang membentuk segitiga sempurna. Apa itu? Garis pertama adalah dirimu, garis kedua adalah sahabatmu dan garis ketiga adalah alasanmu. Bukankah benar garis pertama dan garis kedua tidak akan mampu membentuk segitiga sempurna tanpa kehadian garis ketiga? Benar, karena itu terdengar seperti kemustahilan. Lalu apa atau siapakah yang harus menjadi garis ketiga itu? Persahabatan akan menajdi kekal dan mengabadi bila kita tidak punya ruang sekecil apa pun untuk menggugat alasan persahabatan. Adakah itu? Ada: Tuhan.

Menjadikan apa dan siapa pun selain Tuhan untuk mengisi peran menjadi garis ketiga adalah hal yang wajar, tapi kita tidak lagi punya hak untuk mengharapkan keabadian dari sebuah relasi normal. Sebab? Semua fana, selain-Nya. Maka persahabatan akan fana dan berakhir jika alasan yang berperan sebagai garis ketiga telah fana dan sirna. Misal: jika peran itu diduduki oleh harta maka begitu tiada harta akan fanalah persahabatan; popularitas, begitu hilang popularitas maka hilanglah persahabatan. Ada pun Tuhan? Ialah yang kekal, jika Ia kaujadikan garis ketiga, maka kekallah persahabatanmu.

Ketiadaan garis ketiga menjadi sebab hadirnya gap dalam sebuah relasi persahabatan. Semua menjadi berjarak, banyak hal remeh-temeh menjadi sekat yang sewaktu-waktu menjadikan persahabatan tidak pernah ada dalam satu titik yang senada.
Begitu juga dengan persaudaraan, menghadirkan Tuhan sebagai garis ketiga berarti menghancurkan segala tembok yang selama ini menjadi sekat persaudaraan. Perbedaan apa pun tidak akan mengganggu setiap romansa di dalamnya. Karena ia akan selalu bertemu dalam satu garis: Garis Tuhan (God Line).

Kehadiran Tuhan sebagai garis ketiga dalam bentuk relasi apa pun menjadikan sesuatu yang terjalin menjadi begitu amat luas dan lebar, tanpa sekat-sekat, bahkan tanpa batasan ‘kandung’. Ini artinya, siapa saja bisa menjadi saudara siapa saja, siapa saja bisa menjadi sahabat siapa saja, jika ia benar-benar mampu menghadirkan garis ketiga dalam persaudaraan dan persahabatan. Maka sering kita dengar ungkapan “akhi fillah” yang artinya -suadaraku karena Allah- menunjukkan bahwa Tuhan menjadi pemersatu.

Begitulah, dan jika kita benar-benar telah merasai kehadiran Tuhan dalam relasi persaudaraan, maka kita juga harus benar-benar berani menghargai setiap ketulusan menjadi sebuah kebeningan.