Pages

Guru Ruhani dan Tentang Kematian

Selasa, 06 Mei 2014

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, banyak agenda kerja dapat terselesaikan hari ini. Menjelang malam, lelah mulai terasa. Tapi semua itu sirna berkat siraman penyejuk Sang Guru Ruhani yang Mulia.

Siapa Guru Ruhani itu? Iyalah Syeikh Dr. Dhiyauddin. Seorang Guru Tasawwuf yang lembut hatinya dan mulia akhlaknya, ialah titisan dari pada Sunan Giri.

Sejak kapan saya mengenal beliau? Sekitar tiga tahun lalu beliau berkunjung ke Lombok bersama Syeikh Rohimuddin Annawawi. Memberikan ceramah dan penyejuk jiwa. Setelah itu, jarang sekali mendengar kabar tentang beliau. Hingga akhirnya beberapa bulan yg lalu saya berteman dg akun faceboook beliau g nama Emdeka Saka Guru.

Setiap status facebook beliau sarat dengan makna dan kesejukan. Saya sering meminta pendapat dan pencerahan kepada beliau melalui inbox fb. dan pada sejumlah status terjadi percakapan bersama beliau.

Malam ini, saya menulis status yang juga saya BC kepada sejumlah kontak whatsapp saya. Di facebook, saya tag beliau dan sejumlah sahabat. hingga terjadilah percakapan sebagai berikut:

Status saya: Senja telah rampung. Adakah egoisme masih kita rawat? Setelah matahari memainkan pentas ke-fana-an. Bahwa semua akan tenggelam. Semua akan hilang. Semua akan lenyap. Semua akan berakhir. Mati, kepastian paling misterius itu harusnya membuat kita selalu terjaga. Di atas langit, masih ada langit. Masih adakah yang layak untuk kita sombongkan? Sahabat, bila malam ini ada yang ingin kau catatkan : kuburan itu hanya seluas badan.

KOMENTAR

Emdeka Saka Guru: Saking besarnya anugerah di balik kematian,maka ia di sembunyikan di balik peti ketakutan

Multazam Zakaria: ayahanda Syeikh Emdeka Saka Guru, bimbinglah kami untuk belajar ttg kematian. sungguh, kami belum punya pemahaman.

Emdeka Saka Guru: Yang di dambakan tersembunyi di balik yg tdk disukai, contoh sehat tersembunyi di balik obat yg tdk disukai, begitu jg syurga tersembunyi di balik kematian yg di benci

Multazam Zakaria:  Allaah.. Allah.. Allah.. (saya tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi)

Emdeka Saka Guru: Kita harus banyak beramal sholeh u menghadapi kematian, tp jangan bergantung padanya,krn setiap kebergantungan pada selainNYA adalah syirik termasuk bergantung pada amal.Lalu bagaimana?

ALLAH tlh memberi petunjuk dlm ayatNYA " Hai orang 2 beriman bertaqwalah pada ALLAH dg sebenar2 taqwa dan jangalah kamu mati kecuai dlm keadaan BERSERAH DIRI/ taslim(qs 3 ; 102 )

Banyak orang kl di tanya belum siap mati krn merasa belum punya banyak amal,berarti dia bergantung pada amal

Ketahuilah berserah diri/ taslim itu adalah induk segala amal(ummul ibadah), sholat, puasa zakat haji dll amal dhohir itu semua hanyalah serpihan atau derivat saja dari TASLIM 

Maka seorang yg tlh berhasil mencapai maqom taslim/ keberserah dirian secara total pada ALLAH berarti ia tlh lulus sbg hamba ALLAH dan tlh siap di panggil dg panggilan ' irji'ii ila robbiki rodhiyatan mardhiyah fadzhuli fi IBADY fadzhuli JANNATY

Multazam Zakaria: allahu akbar.. aduhai bahagianya diriku Allah takdirkan mendapat bimbingam dari ayahanda Emdeka Saka Guru. sirna segala haus, lenyap segala lelah. semoga Allah panjangkan umur ayahanda, dan Allah sehatkan selalu.. 

saaalam 'alaika ya sayyidii..

Emdeka Saka Guru: Alaikaasalam wr wb.Berkah berkah berkah smg sll meliputimu dan keluargamu.

Demikian percakapan saya malam ini dengn Guru ruhani tentang kematian. Sengaja saya share dengan harapan juga bisa menajdi bimbingan dan penyejuk bagi sahabat yang membacanya.

Depok, 6 Mei 2014
Multazam Zakaria