Pages

Hawa Nafsu dan Adam Nafsu

Sabtu, 14 September 2013




Hawa Nafsu dan Adam Nafsu



“Hanya karena buah , yang mulia dilempar
Hanya karena buah, yang mulia mencium bumi berbilang tahun
Hanya karena buah, daku mengenal yang mulia
Buah kekal, membuat yang mulia untuk sesaat kehilangan akal.
Salam atas yang mulia dan bunda Hawa”


Perempuan itu berpakaian tapi seakan-akan ia telanjang, ia berjalan dengan berlenggok, ia tidak akan mencium harumnya surga, padahal harumnya dapat dikecap dari jarak sekian dan sekian. Kurang lebih, begitulah terjemah dari sebuah hadits Kanjeng Rasul saw. Di satu sisi, islam mengajarkan kita bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu, dan ibu adalah seorang perempuan. Terangkatlah harkat martabat perempuan sejak islam datang beberapa dasa warsa yang silam, karenanya perempuan memiliki posisi atau kedudukan yang khusus dalam islam.


‘Adam Nafsu’, pernahkah kita mendengar istilah ini sebelumnya? Atau istilah ini berkembang dalam kehidupan kita? Sepertinya tidak, yang kita kenal dan gunakan selama ini adalah istilah ‘hawa nafsu’. Guyonan? Tidak, kita tidak sedang berguyon. Tidak ada fitnah  yang lebih besar bagi seorang pria, yang melibihi fitnah wanita. Begitulah dalam sebuah hadits rasulullah mewanti kita. Kita mungkin sering diceritakan tentang sejarah para pemimpin hebat terdahulu, namun akhirnya menjadi hina dina hanya karena perempuan. Adakah yang salah dengan perempuan? 

Bagaiamana dalam islam? mungkin kita pernah mendengar kisah Sayyidah Maryam, seorang perempuan yang telah mencicipi hidangan surga di dunia, seorang perempuan suci yang tiba-tiba mengandung bayi, dan Isa as sang bayipun berbicara. Sekarang ini, mungkin ini kita bodoh-bodohkan, atau kita anggap kemustahilan, kenapa? Apakah al-Qur’an berbohong? Atau salah dalam mengisahkan sejarah? Sepertinya tidak, lantas? Karena tidak ada perempuan sekarang yang semulia maryam. Ia tunduk pada tuhannya, ia jaga kehormatannya, pantaslah Allah menghadiahinya hidangan dari surga dan melahirkan Isa as dari rahimnya. 

Tulisan ini saya tulis, untuk menyambut kehadiran buku antologi cerpen “FBI dalam incaran JIL” karya tim MOZAIK. Buku apa ini? Buku antologi cerpen ini hakikatnya tidak memojokkan siapapun, baik perempuan atau laki-laki. Akan tetapi, ketika mencermati keseluruhan cerpen yang dimuat, sekan-akan kita menemukan bahwa laki-lakilah yang salah selama ini, sekan-akan laki-lakilah yang menyebabkan terjadinya perzinahan di sana-sini, dan seakan-akan laki-lakilah yang menjadi penyebab, dan perempuan hanya berlaku sebagai korban. Jelas sekali ini meyudutkan kaum lelaki jika dilihat sesaat, tapi kita memang harus berusaha berfikir jernih dan keluar dari kepentingan nafsu masing-masing. 

Jika tidak bisa semulia maryam, sezuhud rabi’ah, cukuplah menjadi perempuan yang tidak mengundang atau membangkitkan syahwat kaum lelaki. Seperti apa? Aurat tertutup, jilbab diulurkan, bukan dilipat-lipat sedemikian rupa sehingga bentuk atau lekuk tubuh tampak jelas. Begitu juga dengan kaum lelaki, cukuplah menyentuh perempuan yang telah  halal untuknya, istri sholihah. 

Kesimpulannya, perempuan maupun laki-laki masing-masing memiliki potensi untuk menjadi penyebab dan korban, dan masing-masing berhak menjadi Fatimah dan Ali. Dengan ini, saya harap kita tidak lagi menyalahkan siapa-siapa, menyalahkan perempuan atau laki-laki, tapi mari bercermin pada perempuan agung dan laki-laki mulia sebelum kita, kiranya kita dapat mengikuti jejaknya.

Bagaimana dengan buku antologi cerpen “FBI dalam incaran JIL”? saya rasa ini perlu bagi perempuan maupun laki-laki. Bagi perempuan, buku ini bermanfaat sebagai bahan refleksi dan refrensi sekaligus, agar lebih waspada dan berhati-hati. Sedangkan bagi laki-laki, saya kira buku ini bermanfaat untuk menggelitik diri agar lebih bijaksana dan bijaksini.
Wallahua’lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^