Pages

Mencintai Gelap | Kontemplasi Diri

Selasa, 15 Oktober 2013



Mencintai Gelap




“Saat gelap kerap kali menghadirkan kejujuran, akupun semakin mencintainya. Saat matahari sering kali menampakkan kepalsuan, tidak akan kupercayai lagi sepenuhnya. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

            Sering kali memang kita menilai segala sesuatu yang tampak, sehingga kita dengan mudah mengambil sebuah kesimpulan. Kita terlalu mempercayai apa yang tampak di depan mata kita, maka kekecewaan sering kali menjadi akhir yang mengharukan. “Memang tidak semua yang kita lihat itu kebenaran, dan kita sering kecewa karena itu. yang terbaik adalah tetap istiqomah di jalur aman, dalam koridor iman yang hakiki. Selebihnya, kita bisa mengatakan: aku sebentar saja di sini karena perjalananku belum selesei.” Nasihat Fahrizal Muhammad.


            Tidak ada yang menyalahkan matahari, namun kita hanya tidak sepenuhnya percaya pada apa yang ditampakkannya, persis ketika ia menampakkan perairan di tengah padang pasir sebab fatamorgana. Dari kejauhan terlihat kolam air di tengah padang pasir yang tandus, bagaimana dapat diterima oleh akal meski mata mengindranya. Dengan tergupuh musafir penuh haus mengejar fatamorgana itu, hingga akhirnya kekecewaan yang didapatinya. Begitu jua dengan manusia yang disinarinya, bukan memasang curiga, tapi berusaha menghadirkan makna, agar penilaian kita tidak terlalu hampa, agar tidak kecewa.
            Karenanya, bolehkah untuk tidak mempercayai matahari lagi? Tugas matahari hanya menyinari dan menampakkan zahir makhluk, di balik zahir ada bathin, dan itu tugas mata hati. Mata hati, tak menghadirkan curiga, firasat yang akhirnya berujung pada pemaknaan dan kesadaran diri.
            Jika matahari dapat dilihat, adakah yang pernah melihat mata hati? jika tidak ada, mengapa kita harus memepercayainya? Bukankah kita menyimpulkan atas apa yang kita lihat bukan yang tidak kita lihat? bukankah kita mempercayai dan membenarkan apa yang kita saksikan bukan yang tidak kita saksikan? Sering kali memang gelap menghadirkan kejujuran, meski tidak menampakkan apapun.
            Dan akupun akan mencintai gelap, lalu mempercayainya, menghilang di dalamnya, dan benar-benar meninggalakan matahari. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^