“Entah, mungkin hingga ‘arsyurrahman lengkingan itu terdengar. Kisap petir menyambut bergiliran, akankah isak renta, atau tawa balita. Ternyata ‘satu’.”
Satu,
hanya satu. Satu yang melahirkan susunan jutaan kata, yang menjadikan si
pendiam tiba-tiba tampil bagai public speaker handal, meneguhkan jiwa
mereka melawan miliayaran pasukan langit yang tak hentinya mendera, satu itu
alasannya. Satu? Aku masih tidak mengerti, apa yang kau maksud satu? Tenanglah,
bukan aurat, hanya semangat. Satu itu adalah semangat. Yang aku dan kita semua
harap, satu itu lahir dari dan untuk Yang Maha Satu, agar tak berbilang
sepanjang umurnya, agar ia tetap satu, semangat. #TeriakItu
Multazam Zakaria dan Best friend |
Beragam
umur dan karakter mereka, dari tujuh belas hingga dua puluhan tahun lengkap
bersama meraka. Asal kota atau desa yang berbilang beragam tak kunjung mampu membilang
dan meragam mereka, hanya satu, dan semoga tetap satu. Satu lagi, warna kulit.
Hahaa, aku tahu, bahkan yang menulis dan sedang membbaca tulisan ini tak kunjung
sama warnanya, tapi tetap menjadi satu. Bukan satu hati, karena kami meyakini
beraneka ragam kehendak