Hawa Nafsu
dan Adam Nafsu
“Hanya karena buah , yang mulia dilemparHanya karena buah, yang mulia mencium bumi berbilang tahunHanya karena buah, daku mengenal yang muliaBuah kekal, membuat yang mulia untuk sesaat kehilangan akal.Salam atas yang mulia dan bunda Hawa”
Perempuan itu
berpakaian tapi seakan-akan ia telanjang, ia berjalan dengan berlenggok, ia tidak
akan mencium harumnya surga, padahal harumnya dapat dikecap dari jarak sekian
dan sekian. Kurang lebih, begitulah terjemah dari sebuah hadits Kanjeng Rasul
saw. Di satu sisi, islam mengajarkan kita bahwa surga berada di bawah telapak
kaki ibu, dan ibu adalah seorang perempuan. Terangkatlah harkat martabat
perempuan sejak islam datang beberapa dasa warsa yang silam, karenanya
perempuan memiliki posisi atau kedudukan yang khusus dalam islam.
‘Adam Nafsu’,
pernahkah kita mendengar istilah ini sebelumnya? Atau istilah ini berkembang
dalam kehidupan kita? Sepertinya tidak, yang kita kenal dan gunakan selama ini
adalah istilah ‘hawa nafsu’. Guyonan? Tidak, kita tidak sedang berguyon. Tidak
ada fitnah yang lebih besar bagi
seorang pria, yang melibihi fitnah wanita. Begitulah dalam sebuah hadits
rasulullah mewanti kita. Kita mungkin sering diceritakan tentang sejarah para
pemimpin hebat terdahulu, namun akhirnya menjadi hina dina hanya karena
perempuan. Adakah yang salah dengan perempuan?
Bagaiamana dalam
islam? mungkin kita pernah mendengar kisah Sayyidah Maryam, seorang perempuan
yang telah mencicipi hidangan surga di dunia, seorang perempuan suci yang
tiba-tiba mengandung bayi, dan Isa as sang bayipun berbicara. Sekarang ini,
mungkin ini kita bodoh-bodohkan, atau kita anggap kemustahilan, kenapa? Apakah al-Qur’an
berbohong? Atau salah dalam mengisahkan sejarah? Sepertinya tidak, lantas? Karena
tidak ada perempuan sekarang yang semulia maryam. Ia tunduk pada tuhannya, ia
jaga kehormatannya, pantaslah Allah menghadiahinya hidangan dari surga dan
melahirkan Isa as dari rahimnya.
Tulisan ini
saya tulis, untuk menyambut kehadiran buku antologi cerpen “FBI dalam incaran
JIL” karya tim MOZAIK. Buku apa ini? Buku antologi cerpen ini hakikatnya tidak
memojokkan siapapun, baik perempuan atau laki-laki. Akan tetapi, ketika
mencermati keseluruhan cerpen yang dimuat, sekan-akan kita menemukan bahwa
laki-lakilah yang salah selama ini, sekan-akan laki-lakilah yang menyebabkan
terjadinya perzinahan di sana-sini, dan seakan-akan laki-lakilah yang menjadi
penyebab, dan perempuan hanya berlaku sebagai korban. Jelas sekali ini
meyudutkan kaum lelaki jika dilihat sesaat, tapi kita memang harus berusaha
berfikir jernih dan keluar dari kepentingan nafsu masing-masing.
Jika tidak bisa
semulia maryam, sezuhud rabi’ah, cukuplah menjadi perempuan yang tidak
mengundang atau membangkitkan syahwat kaum lelaki. Seperti apa? Aurat tertutup,
jilbab diulurkan, bukan dilipat-lipat sedemikian rupa sehingga bentuk atau
lekuk tubuh tampak jelas. Begitu juga dengan kaum lelaki, cukuplah menyentuh
perempuan yang telah halal untuknya,
istri sholihah.
Kesimpulannya,
perempuan maupun laki-laki masing-masing memiliki potensi untuk menjadi
penyebab dan korban, dan masing-masing berhak menjadi Fatimah dan Ali. Dengan ini,
saya harap kita tidak lagi menyalahkan siapa-siapa, menyalahkan perempuan atau
laki-laki, tapi mari bercermin pada perempuan agung dan laki-laki mulia sebelum
kita, kiranya kita dapat mengikuti jejaknya.
Bagaimana dengan
buku antologi cerpen “FBI dalam incaran JIL”? saya rasa ini perlu bagi
perempuan maupun laki-laki. Bagi perempuan, buku ini bermanfaat sebagai bahan
refleksi dan refrensi sekaligus, agar lebih waspada dan berhati-hati. Sedangkan
bagi laki-laki, saya kira buku ini bermanfaat untuk menggelitik diri agar lebih
bijaksana dan bijaksini.
Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^