TAMPAR AKU,
TUHAN
MultazamZakaria #DialogHati
“yang tidak
mengenal dirinya, mana dapat ia mengenal Tuhannya”
Bismillahirrahmanrrahim. Sahabat, bagaimana
kabarmu kini? Aku harap kau sehat dan ‘afiyat, semoga saja. Di awal dialog ini,
mari kita hadiahkan fatihah tertulus untuk bunda kita yang selama ini
mengajarkan arti dari sebuah ketulusan dalam kehidupan kita, untuk ayah yang
selama ini mengajarkan ketegaran dalam menjalani hidup, untuk sejumlah orang yang cintanya tiada putus
untuk kita, meski kita kadang tidak menyadarinya. Alfaatihah
!
Sahabat, biasanya gelap akan menghadirkan
ruang kontemplasi yang lebih nyaman dan tiada sekat bagi kita. Namun, tidak
sedikit yang takut bahkan juga mengutuki gelap, tidak ada yang salah sebenarnya
dengan gelap, hanya cara pandang saja. Iya, cara pandang. Apapun yang Allah
hadirkan untuk kita, pastikan dan belajarlah menyikapinya dengan sikap terbijak
yang kita mampu.
Sahabat, begitu juga dengan tamparan Allah. Saya
duga, kau juga pernah juga ditampar-Nya, bukan? Saya yakin, pernah. Yang terpenting
sekarang, bagamana cara pandang kita terhadap tamparan itu.
Sahabat, tidak sedikit pelukan hangat hadir
seketika, setelah tamparan hadir menjadi bagian dari hidup kita. Bukankah
begitu? Ia adalah pelampiasan kasih, Dia tahu yang kau butuhkan, karrenanya Dia
berikan.
Sahabat, tidak sedikit air mata yang
mengalir, ketika tamparan hadir dalam hidup kita. kau tahu? Nurani begitu rindu
disiram, karenanya Tuhan alirkan air mata dengan tamparan.
Sahabat, bukan hanya tangisan, sujud seketika
dalam penyesalan, tiba-tiba hadir bersama hadirnya tamparan dalam hidup kita. Kau
tahu? Tuhan amat merindumu, rindu sekali. Ia mencemburuimu, terlalu banyak
waktu kau habiskan untuk selain-Nya, karena ia ingin kau bersujud dan palingkan
wajah dan hatimu dari selain-Nya, hanya kepadanya kau menatap, kau berharap,
kau bertaubat.
Sahabat, apa sebenarnya yang kau mengerti
tentang tamaran Tuhan? Apa pengertianku salah? Semoga Allah membimbing kita
menuju-Nya.
Sahabat, tamparan tuhan, harusnya kau dan aku
syukuri dengan sangat. Beginilah cara Tuhan mengejawantahkan cinta pada
hamba-Nya. Meski kadang kita acuh dan abai, semoga saja Allah singkapkan
rahasia dan hikmah di balik semuanya. Amiin
Sahabat, boleh aku bertanya padamu? Baiklah,
siapa dirimu? Yakin, kau sudah berkenalan dengan dirimu? Dari mana kau? Mau apa
kau? Ingin kemana kau? Keniscayaan apa yang kau maklumi? Untuk apa semua ini
mau lakoni? Barangkali pertanyaan-pertanyaan ini belum jua mampu kita jawab. Tuhan
bantu kita, menciptakan ruang kontempalsi yang paling mungkin, untuk mengenal
diri kita sendiri. lewat tamapran Tuhan, kita akan mengerti. Ini yang paling
penting!
Semoga
Allah bimbing kita selalu.
Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^