Sobek saja!
Multazam
Zakaria #DialogSenja
“semestinya tidak ada pertengkaran yang kita abadikan, tak kutemui nurani memusuhi nurani.”
Bismillahirrahmanrrahim. Bagaimana kabar
sahabat? Semoga selalu sehat dan ‘afiyat dalam berkah-Nya. Di awal catatan ini,
mari kita hadiahkan alfatihah tertulus untuk bidadari syurga yang selama ini
membersamai kehidupan kita, untuk Bunda. Semoga Allah sehatkan beliau selalu,
semoga sakit yang beliau derita kini, segera disembuhkan-Nya. Alfaatihah!
Sahabat, siapa yang tidak punya masa lalu? Saya
kira semua kita punya. Tentu dengan beragam warnanya; hitam, putih, biru, pink,
merah, bahkan abu-abu, bukankah begitu, sahabat? Apapun warnanya, seringkali
yang menjadi masalah adalah warna hitam masa lalu kita. Bahkan tidak jarang,
kita menilai dan dinilai dengan masa lalu sebagai indikatornya.
Masa lalu, bagian dari dimensi waktu mega
penting dalam kehidupan, ungkapan ‘pengalaman adalah guru terbaik’ adalah
bentuk apresiasi terhadap kedahsyatan masa lalu. Karenanya, ia adalah bagian
penting yang tidak boleh kita pandang sebelah mata.
Sahabat, jika masa lalumu penuh warna hitam
di dalamnya, akhlak masa lalu yang jauh dari kewajaran, semsetinya penyesalan
tidak kita samakan dengan peratapan. Apapun engkau di masa lalu, saat ini,
engkau sedang berjalan menuju masa depan. Waktu yang kita miliki terlalu
singkat jika ‘peratapan’ kita tambahkan ke dalam agenda kerja kehidupan.
Yang terpenting dari masa lalu adalah hikmah
yang Tuhan tautkan pada setiap kejadian yang hadir dalam hidup kita,
setelah kau dapat, sobek saja!
Yang terpenting dari masa kini adalah
kesadaran sedang menuju kemana kita, sehingga kita tahu betul, betapa semua ini
berada dalam kehendak Tuhan.
Yang terpenting dari masa depan, ridho-Nya. Tanpa
itu, perjalanan masa lalu dan masa kini adalah perjalanan hambar saja. Untuk apa,
sobek saja!
Saat hendak membeli suatu produk makanan,
kemasan sangat mempengaruhi kehendak kita untuk membelinya. Setelah terbeli,
kemasan itu akan kita sobek, dan hanya isinya yang dapat kita nikmati, karena
inilah yang terpenting.
Apapun kemasan dari masa lalumu, masa kinimu,
dan bahkan masa depanmu, isi (hikmah) yang terkandung di dalamnya, itulah yang
terpenting. Belajarlah untuk tidak menjadikan kemasan sebagai indikator terbesar
dalam sebuah penilaian kualitas kehidupan. Mari kita sama-sama belajar!
Semoga bermanfaat!
Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat berterimakasih bagi para pengunjung yang berkenan untuk berkomentar dan memberikan masukan ^^